BANJIR RIBUAN MIMPI 2
di perbatasan kota dan kabupaten,
menelusuri jejak pahlawan tarumanegara,
tertatih-tatih menemukan tapak raja purnawarman,
aku tergoyang oleh ribuan tangkup air,
air dari langit mencumbu air kali cikarang bekasi,
ruah berpesta di rumpang jalan,
ini tidak seheroik puisi krawang-bekasi,
tidak setebal novel di tepi kali bekasi,
tapi jadi pengisi berita televisi hari ini,
viral di dunia cermin,
bila penghujan terbit,
berjalanlah sampah-sampah mencari keadilan,
menuntut balas pada pelaku yang membuang sembarangan,
mencari tempat baru yang layak dihuni,
seperti keropeng yang lebih dekat ketimbang purnama,
dari segala penjuru mereka beraksi di atas air,
sedangkan air itu rata betis,
berangsur menyamai lutut,
dan sungguh, sampah itu menari di atas air,
chacha chachacha, chacha chachacha,
pinggal-pinggul botol plastik berayun syat-syut,
menghipnotis motor yang kupaksa bertahan hidup,
sisa banjir di kabupaten bekasi,
seperti bentang cermin kusam yang menagih janji,
perihal kesejahteraan dan kemakmuran rakyat kecil,
yang (sengaja) dilupa
Semarang, 14 Maret 2023
***
BANJIR RIBUAN MIMPI 4
akhirnya pasukan troya itu mengembara sampai ke sini,
di pojok kabupaten bekasi yang dekat dengan surya,
ribuan kuda menabur benih mimpi,
mencabut akar pahit dari sejarah yang tak tercatat,
banjir sudah semata kaki,
aku tak mendengar suara katak,
apakah akar katak turut tercabut sebagai tanda awasubur,
banjir naik sepaha,
aku tak mendengar nyanyi ikan,
kuda-kuda itu barangkali jadi gila,
menyemai kutuk di sela-sela mimpi,
banjir merayap hingga sepinggang,
ooo kenapa semua bisu,
bahkan tak kulihat ujung ekor belut,
aku menyusun batu-batu padas,
kukumpulkan roh katak, ikan, dan belut,
hingga tercipta tangga selaksa anak,
menuju puncak usia,
menempa tombak dari raung halilintar,
kuhunus api dari nyala jiwa,
aku tak akan kalah dari pasukan kuda air,
aku tetap hidup meski banjir mengepung
Semarang, 18 Maret 2023
***
BANJIR RIBUAN MIMPI 7
semestinya saya tidak datang,
air berkali-kali menimpa badan,
dia bernama banjir,
rumah-rumah sederhana jadi kali kecil,
jalan-jalan berjerawat menjadi kali kecil,
lubang knalpot menjadi kali kecil,
segala lubang terisi air,
seharusnya saya berlalu,
percuma mengadang banjir,
bukankah gubernur jakarta bergenerasi-generasi saja menyerah soal banjir,
bukankah pintu air ratusan juta saja tak berfungsi,
banjir mengalir ke sana-sini mana-mini,
meninggalkan jejak janji yang terbengkalai,
menunjukkan kehebatan cakar-cakar air,
sebaiknya saya pulang saja,
banjir menguak tanah makam,
saya takut mayat-mayat bangkit mencekik leher,
sudah pasti saya segera kembali,
tak ada yang saya temui selain benda-benda yang mengapung,
semua mengapung,
tetapi kesaksian saya tenggelam dan terkubur bersama banjir
Semarang, 25 Maret 2023
*) Image by istockphoto.com