Gusung Manusia
kota meniriskan mata pancing
maut berlarut di tubuh
yang dibiasakan abu-abu.
di sore itu, percakapan
mengiring kita mengikuti gerak matahari
gusung menjadi luas di tangan manusia.
gunung hanyalah pecahan-pecahan batu
ditabur lepas seperti kabung ditiup ke udara.
Tuhan begitu percaya bahwa jalan kering
di laut hanya ada di kisah terdahulu.
dan kita, menduduki tempat kering itu
membakarkan wajah ke matahari
membayangkan seperti apa aku dan dirimu
selamat lepas dari kecamuk gelombang.
2023
***
Akhir Perjamuan
matahari belum sempat
bermula dari barat
bahaya akan terus merentangkan
lengan dan tubuhmu
terbiasa jatuh berkali-kali.
begitulah demikian kita
hirup pikuk hidup
menyelinap ke tulang-tulang usia
subuh yang ganjil
digenapkan dengan pertanyaan-
pertanyaan ambigu.
kata-kata yang bermakna ganda
adalah dua wajah
yang ingin mengutarakan cinta
kemaluan yang pendiam dan liar
melilitkan dirinya
ke tubuh kita.
suatu waktu matahari
bermula pada petang
maka telanjangkanlah tubuh kami
di satu malam yang pekat.
2023
***
Terungku
nama-nama tergurat di dinding ini
di bayangan mereka akulah perompak
yang kalah terdampar dan terasing
terpisah dari tangan-tangan kukuh
gertak serdadu telah lebur mendekam
dalam kebisuan menjual habis sanksi-sanksi
untuk direkatkan kepada tubuh dan tanah
terampas tergarap sebelum jejak leluhur
hilang dalam ingatan.
di sini, waktu bergerak seperti aliran lumpur
terjepit dalam kerongkongan sebagaimana tajam
yang tertancap di lambung seseorang mengantarku
jauh pada sanak dan keinginan-keinginan
menghabisi segala yang khianat.
malam yang gigil, badanku telungkup
aku dipaksa menyerah.
wajah mencium dasar lantai. kuserahkan
segala yang tak bisa kumenangkan.
2023
Image by istockphoto.com