KURUNGBUKA.com – (06/02/2024) Penyebutan orang sebagai penulis memerlukan “syarat dan ketentuan” yang berlaku: sebentar atau lama. Yang menghasilkan tulisan tak selamanya disebut penulis. Orang yang mati-matian ingin menjadi penulis mungkin malah mengalami kehancuran dan gagal besar saat mewujudkan tulisan-tulisan.

Namun, orang berhasil membuat tulisan-tulisan bisa ragu sendiri tentang pengesahan sebagai penulis. Di pengakuan dan usaha untuk terus menulis, predikat penulis mudah diruntuhkan atau digantikan bila ada masalah-masalah yang menderanya.

“Selama ini aku beranggapan bahwa menulis itu akan dicapai secara alamiah, tanpa teknik dan tanpa persiapan-persiapan khusus,” pengakuan Mulyadhi Kartanegara. Ia sudah sering menulis tapi kesadarannya muncul “terlambat”. Ia yang menulis juga membandingkan dengan orang lain yang menganggap “menulis adalah kegiatan yang mahaberat”.

Akhirnya, Mulaydhi Kertanegara mengetahui “menulis sebagai seni”. Kebiasaan menulisnya yang dilakukan sejak lama perlahan menemukan “pembenaran” dalam penggunaan teknik dan kecakapan seni.

Kemampuan yang dimiliki dalam waktu lama membentuk ketakjuban. Ia menjelaskan: “Sekali daya intuitif kita raih, tangan kita akan bergerak menurunkan semua gagasan yang terkandung dalam pikiran kita secara hampir otomatis.” Jadi, menulis bukan masalah gampang jika belum mengetahui pembiasaan, ketekunan, ketulusan, dan gairah.

Yang terjadi: “Kadang begitu cepat sehingga membuat tulisan tanganku tidak bisa dibaca.” Kita mengandaikan yang menulis itu “kewalahan” dengan gagasan-gagasan saat gerak jari tak selalu selaras. Ia bergetar dan bergejolak. Yang menulis, yang merasakan dan mengenangnya dalam biografi sebagai penulis. Ia memang penulis.

(Mulayadhi Kertanegara, 2005, Seni Mengukir Kata, MLC)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<