KURUNGBUKA.com, MALANG – Literasi di era kekinian menjadi “kata ajaib” (magic word) dalam perbincangan sehari-hari di tengah masyarakat. Hampir seluruh bidang kehidupan ditautkan dengan literasi, mulai dari literasi baca-tulis, budaya, numerasi, sains, finansial, hingga digital. Kesemuanya itu dinilai harus berpondasikan literasi.
Seiring waktu, makna literasi meluas tidak sebatas kemampuan membaca, tetapi suatu wawasan diikuti keterampilan dalam bidang tertentu. Karena itu, tingkat literasi dijadikan indikator untuk mengukur kualitas manusia. Semakin tinggi tingkat literasi suatu bangsa, semakin berkualitas pula sumber daya manusianya.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, pondasi literasi yang tak tergantikan ialah kemampuan membaca dan menulis. Dengan kemampuan baca-tulislah seseorang dapat menyelami literasi lainnya. Pada titik itu, buku sebagai bahan bacaan sekaligus wujud tulisan berperan strategis.
Membahas buku dan literasi dalam konteks ini tidak sebatas soal minat membaca, tetapi seberapa memadai bahan bacaan berkualitas dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Persoalannya, di Indonesia, ketersediaan buku belum memadai. Data Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menunjukkan 1:90 rasio jumlah koleksi buku di perpustakaan daerah dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia Artinya, 1 buku ditunggu oleh 90 orang dalam satu tahun. Melihat data tersebut, jelas bahwa Indonesia kekurangan penulis selaku produsen ilmu pengetahuan, yang melahirkan buku.
Menyadari persoalan itu, Kompartemen Kebudayaan IKA UB mengusung program Brawijaya Writers Club untuk mewadahi para alumni di bidang tulis-menulis. Sebagai langkah awal, Kompartemen Kebudayaan IKA UB menyelenggarakan pelatihan writerpreneur pada tanggal 6 Januari 2024. Kelas eksklusif penulisan karya fiksi dan nonfiksi ini dimentori langsung oleh writerpreneur Kirana Kejora, yang juga bagian dari Kompartemen Kebudayaan IKA UB.
Selepas pelatihan, pendampingan penulisan berbasis praktik dilaksanakan selama dua bulan; Februari dan Maret. Setelah melalui proses belajar dan praktik menulis selama kurang lebih 3 bulan, 48 Elang Brawijaya (Penulis IKA UB) berhasil melahirkan 55 karya yang terangkum dalam dua buku antologi bersama.
Buku Ode Kasih Arunika, sebuah buku antologi cerpen filmis berdasarkan kisah nyata; dan Pesan yang Masih Tersimpan, sebuah buku antologi kisah nyata inspiratif.
Kirana Kejora, menaruh harapan besar. “Dengan terbitnya dua buku perdana dari Brawijaya Writers Club, semoga jadi pemantik terbitnya buku-buku berkualitas, baik dari isi, kemasan, maupun promosi dengan beragam jenis dari alumni UB.”
Kendati rerata tergolong penulis pemula, tapi berkat semangat belajar dan pendampingan dari mentor yang berpengalaman, karya yang dihasilkan para Elang Brawijaya ditarget berkualitas tinggi.
“Buku-buku karya Brawijaya Writers Club berkonsep writerpreneur dan kekinian tanpa meninggalkan kekuatan isi dan pesan. Hal ini akan jadi gerakan nyata dan membumi dari IKA UB untuk literasi di tanah air maupun dunia nantinya,” terang Kirana Kejora yang telah melahirkan ratusan karya buku, dan empat bukunya telah difilmkan.
Dua buku yang lahir pada 30 April 2024 dari rahim Brawijaya Writers Club ini barulah permulaan. Karya ini akan menjadi batu loncatan para penulis untuk meraih karya-karya berikutnya. Ikhtiar ini selaras dengan semangat meningkatkan kualitas literasi negeri melalui jalan penyediaan bahan bacaan yang memadai bagi anak bangsa.
Gebrakan Kompartemen Kebudayaan ini didukung penuh oleh Ketua IKA UB, M. Zainal Fatah yang bangga bertutur, “Ada harapan dan cita-cita besar di dunia literasi tanah air dengan kelahiran buku dari Elang Brawijaya -Penulis IKA UB yang tergabung dalam Brawijaya Writers Club. Semoga bisa memberi pemantik api juang para penikmatnya untuk bisa menulis dan membaca dengan baik. Jadi oase baru di padang literasi anak negeri.”
Pada puncaknya, dua buku karya Elang Brawijaya diluncurkan pada acara Halal Bihalal Alumni Universitas Brawijaya di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, pada hari Sabtu, 4 Mei 2024. Dua buku Elang Brawijaya, Ode Kasih Arunika dan Pesan yang Masih Tersimpan penerbangannya, disaksikan Bapak Muhajir Effendy (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia) dan Bapak Mahfud MD beserta 1000-an alumnus IKA UB. Momentum mewah ini, sekaligus menjadi gaung ajakan bagi para alumni untuk turut menulis, mengabadikan gagasan, memperkaya literasi negeri.
Ketua Kompartemen Kebudayaan IKA UB, Redy Eko Prastyo, mengatakan bahwa kerja-kerja kebudayaan yang dimotori Kompartemen Kebudayaan IKA UB ini merupakan wujud sumbangsih alumni Universitas Brawijaya menghadirkan karya literasi berkualitas. Inisiatif ini sekaligus menjadi bagian dari penerapan Tri Dharma perguruan tinggi yang tetap melekat pada diri para alumni. (rls/dhe)