KURUNGBUKA.com – (02/03/2024) Yang memiliki pengalaman membaca akan mengetahui mutu kalimat-kalimat yang terdapat dalam tulisan. Ia membayangkan apa-apa yang dipikirkan penulis dan keputusannya dalam memilih kata. Pada saat membaca tulisan itu bersuara, kesan-kesan lain diperoleh, yang makin memberi gairah terus membaca atau menghentikan tiba-tiba.

Yang dimaksud adalah selarasnya kata-kata di tulisan yang terdengar. Tulisan memang untuk dibaca tapi pengalaman mendengar ikut menentukan kualitasnya. Yang membaca bersuara, yang mendapat petunjuk dan pengalaman jika bersalin peran sebagai penulis.

Kita membayangkan posisi yang bergantian dan kesan-kesan berkaitan penjelasan yang disampaikan Peter Elbow. Pengalaman membaca menentukan ketetapan sebagai penulis.

Ia mengungkapkan: “Saat membaca tulisanmu dengan bersuara, kamu sering melihat pelbagai hal yang tidak bisa dilihat dengan cara lain. Mendengar kata-kata sendiri memberikan pengalaman menjadi orang lain. Membacakan kata-kata buatanmu dengan bersuara memberi tekanan bahwa tulisan adalah suara yang menyebar pada waktu tertentu, bukan simbol-simbol yang tersebar di angkasa.”

Tulisan yang terbaca dan tulisan yang terdengar itulah yang menentukan keberhasilan dalam olah kata, yang ujungnya adalah makna-makna. Namun, orang kadang menghadapi masalah.

Peter Elbow mengingatkan: “Kegugupan yang kamu rasakan saat membaca bersuara adalah bagian dari masalah menulis. Jika kamu tidak merasakannya saat menulis, berarti kamu memisahkan pengalaman mendengar dan menulis. Rasa takut pada pendengar masih mempengaruhimu. Ketatakutan itu mungkin mengikat lidah dan mengaburkan pikiranmu saat menulis.” Kita pun belajar menggunakan mata, mulut, dan telinga, yang berpusat tulisan.

(Peter Elbow, 2007, Writing Without Teachers, Indonesia Publishing)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<