“Sepasang tangan di rumah opseter pekuburan membalik-balik sebuah buku pelajaran filsafat yang amat tebal. Dari antara halaman 610 dan 615, kemudian dari antara halaman 960 dan 965, sepasang tangan itu mengambil dua carik kertas. Kedua kertas bertulis tangan itu disejajarkannya. Tak berapa lama kemudian, sepasang tangan itu meletakkan kedua carik kertas itu bersama-sama antara halaman 1240. Halaman-halaman 1241, 1242, 1243 dan 1242 hilang lepas dari jilidannya, persis halaman-halaman yang menyudahi bab tentang religi.”

(Iwan Simatupang, Ziarah, 1969)

KURUNGBUKA.com – Pengarang berkelakar dengan selera filsafat. Buku yang amat tebal. Buku yang tidak utuh. Beberapa halaman hilang, mengakibatkan buku tidak lagi seperti saat terbit. Halaman-halaman yang hilang menjadikan berkurang ketebalannya. Namun, buku masih berat. Keberadaan dua carik kertas bobotnya tidak bisa mengganti beberapa kertas yang lepas dan hilang.

Buku yang dbaca dan dikenang. Buku untuk menyimpan kertas-kertas yang tidak mungkin disepelekan. Tulisan dalam dua kertas minta perhatian. Pada saat berada dalam buku, pembaca mungkin terpecah perhatiannya: membaca halaman di buku atau kertas. Yang pasti, dua kertas itu bukan bagian resmi dari buku. Namun, Kehadirannya mungkin berkaitan dengan bab-bab yang terdapat dalam buku.

Buku filsafat amat tebal yang adalah bacaan yang berat. Sosok yang berada di hadapan buku itu berpikiran berat, bukan hanya mengenai isi buku. Ia memikirkan sosok dan perkara lain di luar buku tapi ada kaitannya bila mengingat halaman-halaman yang hilang: bab religi.

Kita yang membaca novel berjudul Ziarah sempat penasaran: mengapa halaman-halaman hilang? Apakah pembacanya sengaja melepaskan halaman dari buku. Tindakan yang menghilangkan keutuhan, yang membuka kehadiran untuk kertas-kertas lain dengan sumber realitas yang berkaitan.

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<