KURUNGBUKA.com – (17/03/2024) Orang yang menulis memiliki ketetapan dan perubahan, sejak memulai dan perkembangannya. Ada yang mengawali sebagai penulis dengan ambisi tinggi. Yang dikehendaki adalah mutu dan penghargaan. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama membuat tulisan-tulisan mengakibatkan perubahan atau pengutuhan.
Artinya, ada yang berlanjut dicapai. Ada yang memunculkan kecenderungan-kecenderungan lain agar tetap rajin menulis. Situasi politik, gejolak penerbitan (pers dan buku), atau tanggapan publik menyokong keputusan-keputusan penulis.
Yang dinyatakan Titis Basino PI: “Bagi saya, menulis dalam dunia kepengarangan yang disebut sastra maupun tidak adalah barang ganjil yang amat menarik diminati, asal kita menanggapi secara santai. Tidak menanti honor dan tidak kecewa kalau terlupa dimuat.” Ia menegaskan “santai”. Namun, orang-orang yang tidak menulis bisa mengartikannya malah keseriusan yang terlampaui.
Titis Basino sudah membuktikan keseriusannya, yang akhirnya menghadapi segala hal dengan ketenangan yang terkendalikan atau mengolah ambisi yang tidak kebablasan. Santai itu pengalaman yang lanjut. Kita memakluminya jika membaca dua hal disinggung Titis Basino: honor dan pemuatan.
Anjuran atau nasihat yang diberikan kepada orang-orang yang menulis tapi mendapat tekanan: “Kalau pengarang terlalu mengagungkan publik akan kecewa kalau mereka mencela tulisannya. Demikian juga kalau pengarang menganggap karangannya itu sudah pasti paling baik dan pasti akan mendapat tanggapan baik dari pembaca. Dia akan menunggu nyanyian kelinci. Makin ditunggu makin risau dan yang ditunggu hanya menguik kecil.”
Yang membuat tulisan tidak harus kecewa. Ia masih berhak insaf dan mengurangi “angkuh”.
(Pamusuk Eneste (editor), 2009, Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang 3, Gramedia Pustaka Utama)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<