KURUNGBUKA.com – (10/01/2024) Pada suatu hari, “takdir” kadang dimengerti perlahan. Dan Brown yang bermusik memutuskan untuk memberikan dirinya dalam penulisan novel. Keputusan yang sulit tapi menggairahkan.

Ia mengingat 1993 sebagai tahun mengandung “takdir” dalam keinginannya menyuguhkan novel-novel kepada umat manusia. Perjalanan menuju Tahiti, perjalanan menuju “peta” hidup sebagai pengarang. Perjalanan dan novel yang membuatnya yakin, berani lelah dalam penulisan cerita-cerita.

Lisa Rogak (2006) menyebut itu peristiwa “menerangi jalan hidup”. Peristiwa sangat penting. Yang diungkapkan Dan Brown: “Saat berlibur di Tahiti, aku menemukan buku lama Sidney Sheldon berjudul Dommsday Conspiracy di pantai.”

Ia mungkin tidak mengira bakal menemukan suluh dalam novel lama. Novel bagi orang yang berlibur justru novel yang membuatnya “beribadah” puluhan tahun dalam menghasilkan cerita. Novel memicu janji Dan Brown berani bercerita, yang nantinya membuka mata dunia yang enggan berkedip.

“Aku membaca halaman pertama, lalu halaman berikutnya, lalu berikutnya. Beberapa jam kemudian, aku selesai membacanya dan berpikir.” Ia adalah pembaca yang tak mudah selesai setelah novel ditutup. Pembaca yang sadar sedang ditarik dalam cerita tak sederhana.

Di Tahiti, yang membaca novel itu tidak pernah tenang lagi. Lisa Rogak mengungkapkan: “Jadi, pada suatu sore, benihnya sudah ditanam, tapi masih beberapa tahun lagi hingga tunas pertama muncul.” Novel merangsang novel-novel. Dan Brown berutang kepada Sidney Sheldon meski tidak harus dibayar tunai. Ia yang bertakdir novel.

(Lisa Rogak, 2006, Dan Brown: a Biography, Bentang)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<