KURUNGBUKA.com – (06/01/2024) Dunia susah tidur gara-gara jutaan pasang mata yang diberikan untuk The Da Vinci Code. Novel bukan membual tapi membuat dunia melek dengan penasaran. Di hadapan novel, para pembaca mengumpat. Ia merasa pengarang kebablasan dalam mengolah seni dan agama.
Ada yang menunduk dan berdoa merasa menemukan bacaan yang menguji iman. Para pembaca tidak mudah tidur: sebelum atau setelah khatam novel yang ditulis Dan Brown. Abad XXI dibuat salah tingkah oleh novel yang beredar cepat di banyak negara.
Dan Brown menulis dengan sungguh-sungguh sebelum semuanya meledak. Yang diungkapkan oleh Lisa Rogak (2014) cukup meyakinkan: “Saat tidak menghabiskan waktu dengan berkeliling di dalam Louvre, Brown senang menjelajahi jalan-jalan utama dan gang-gang sempit di Paris untuk memahami poin-poin penghubung alur cerita dalam novel.” Pengarang yang terlalu teliti untuk menaruh kata-kata dalam cerita agar pembaca merasa di tempat dan situasi yang sesuai pengamatan.
Yang membaca novelnya akan ingat saat berada di tempat-tempat yang dipilih pengarang dalam menimbulkan ketegangan, ketakutan, kejutan, dan keteledoran. Pada tempat-tempat, Dan Brown cermat dalam membuat kalimat-kalimat. Pembaca masuk dalam novel, hadir di tempat-tempat yang diungkapkan dalam The Da Vinci Code.
Pengisahan yang tidak sekadar “filmis” tapi menggerakkan pembaca: kaki melangkah dan tatapan tidak sembarangan. Pada saat membaca novel, mata pembaca ke arah halaman kertas tapi mata itu menuju arah-arah yang dikehendaki pengarang. Pembaca yang susah menutup mata memenuhi petunjuk-petunjuk pengarang.
(Lisa Rogak, 2006, Dan Brown: a Biography, Bentang)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<