KURUNGBUKA.com – (05/02/2024) Pada abad XX, para penulis atau pengarang mengalami hari-harinya bersama mesin tik. Benda itu menggantikan atau menguatkan peran kertas dan pena. Ada yang lekas mengetik atau menulis dengan tangan dulu.

Orang dan mesin tik dalam kerja kesusastraan, yang mencipta tulisan-tulisan mengesankan. “Aku menarik selembar kertas dari mesin tik, meletakkannya terbalik di lantai, dan tidak melihatnya lagi hingga halaman terakhir terselesaikan,” pengakuan Erskine Caldwell.

Kita membayangkan ia memiliki gairah cerita di depan mesin tik. Perjanjian dibuat agar tulisan selesai, yang tidak diganggu dengan membaca lagi lembaran-lembaran yang sudah ditik. Jari-jari bergerak merampungkan cerita. Lembaran terbalik itu posisi yang dikehendaki.

Namun, ia tidak mengetik terus, dari pagi sampai malam. Ia memiliki peristiwa-peristiwa lain. Raganya untuk kebun. Erskine Caldwell menggunakan tangannya untuk bekerja, tidak selalu di mesin tik.

Yang disampaikan: “Banyak pekerjaan fisik harus dilakukan di area pepohonan dan kebun sayur saat musim semi dan musim panas. Aku memutuskan menulis di dalam rumah saat malam hari dan bekerja di luar rumah pada siang harinya.” Ia tidak menghabiskan hari sebagai “pengetik”.

Erskine Caldwell mengerti raga, pohon, kebun, waktu, dan lain-lain. Pengertian dibuat: “Waktu yang sama diberikan untuk dua pekerjaan, dan aku dapat menyelesaikan apa yang kuinginkan di dalam maupun luar rumah.” Di rumah, ia bersama mesin tik. Di luar, ia bergaul dengan pohon dan sayuran, memberi diri untuk kebun.

(Erskine Caldwell, 2004, Perjalanan Sang Penulis, Prisma Media)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<