KURUNGBUKA.com – (02/07/2024) Abad yang berganti, para pembaca sastra tetap “bertahan” meski mengerti yang dihadapinya tidak hanya buku yang dicetak. Beberapa hal telah berubah tapi keyakinan bahwa membaca puisi atau novel tetap memberi dampak-dampak dalam melakoni hidup yang makin manja, murung, dan rumit.
Para pembaca terus “mencari” dan menggemari cerita-cerita yang berdatangan dari segala penjuru. Mereka mengesahkan bahwa sastra masih diperlukan bagi dunia yang terlalu cepat berubah. Yang terjadi di para pembaca itu dipertimbangan para penulis yang masih “bertahan” atau “sekadar hadir”.
Yang diungkapkan Italo Calvino (1967): “Sekarang, beberapa orang mungkin bertanya-tanya, mengapa saya gembira mengumumkan prospek bahwa sebagian besar sastrawan membangkitkan ratapan penuh air mata diselingi teriakan kebencian.” Ia yang mengetahui guncangan dan jeratan sastra masa 1960-an saat dunia memiliki pertengkaran besar ideologi.
Italo Calvino berada di Eropa, yang cara melihat dan mengalami dipengaruhi babak-babak sejarah besar yang membentuk Eropa. Ia sadar sastra yang lahir dan tumbuh bakal terus menguak Eropa yang membaca dan menulis.
Pada akhirnya, ia berpendapat: “Sastra adalah serangkaian upaya tiada henti untuk membuat kata demi kata tetap ada dengan mengikuti aturan tertentu yang pasti…” Kalimat yang terkutip tidak lengkap. Kita hanya membayangkan “keimanannya” dalam bersastra: menulis dan menulis.
Yang ditegaskan: “Yang disebut kepribadian penulis ada di dalam tindakan menulis; produk dan instrumen dari proses penulisan.” Penulis sanggup mempersembahkan cerita-cerita yang di hadapan para pembaca bisa tenar atau terkapar.
(Italo Calvino, 2022, Maslahat Sastra, Basabasi)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<