KURUNGBUKA.com – (22/06/2024) Pembaca kadang menemukan “kengawuran” dalam cerita-cerita yang sedang dinikmati. Ia mula-mula tidak protes tapi memendam jengkel. Yang diinginkan adalah “kewajaran” dalam cerita yang “berlogika”. Namun, keinginan itu bukan tuntutan yang wajib dipenuhi pengarang.
Di pengertian yang berbeda, pembaca bakal terkesan jika menemukan penceritaan yang mengandung “ketepatan”. Artinya, penulis tidak tergoda untuk berlebihan atau mau serius dalam menghadirkan hal-hal yang akan dipikirkan serius oleh pembaca. Penulis akhirnya tidak boleh sembarangan jika ada urusan-urusan yang serius.
Jerome Stern menjelaskan: “Ketepatan mengacu pada seberapa baik penulis mengamati dunia. Artinya, menunjukkan rasa hormat kepada detail terkecil dan kebenaran terdalam dari subjek yang diceritakan.” Penulis memang perlu teliti dalam riset, pengamatan, atau pengalaman untuk ditulis dalam cerita.
Beberapa hal dapat disajikan “tepat”, menghindari pelit atau berlebihan. “Ketepatan” itu memungkinkan cocok dengan kehendak atau pengharapan pembaca. Padahal, “ketepatan” itu bisa mengungkap perbedaan dan selisih kadar. Selanjutnya: “Ketepatan bukan berarti bahwa fiksi harus menjadi realistis dalam pengertian konvensional.”
Penulis memang kesusahan saat berurusan ketepatan. Namun, ia yang mengusahakan bakal mendapat tanggapan yang setara dari pembacanya. “Jika pembaca merasa bahwa pengamatan itu asli maka dunia fiksi akan hidup,” tulis Jerome Stern. Cerita yang hidup. Cerita yang mengandung ketepatan-ketepatan, yang selalu diuji pembaca.
Hasil menguji itu menimbulkan pujian, kegemaran, dan pembacaan tak membosankan. Ketepatan mengartikan jalinan pengamatan dimiliki penulis dan pembaca. Yang dicocokkan dengan mempertimbangkan kadar-kadar persamaan dan perbedaan.
(Jerome Stern, 2022, Making Shapely Fiction, Diva Press)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<