KURUNGBUKA.com – (21/06/2024) Beberapa penulis kadang tidak terlihat sibuk atau pusing saat menghasilkan cerita-cerita. Mudah saja menulis cerita berdasarkan pengalaman atau hal-hal yang (sudah) diketahuinya. Artinya, penulis tidak banyak menemukan kerepotan. Yang ditulis dengan lancara itu mungkin mencukupi beberapa kehendap pengarang.

Tulisan yang dihadapi pembaca kadang memberikan apa-apa yang belum diketahuinya. Namun, biasa pula terjadi pembaca menemukan cerita yang dia sudah mengetahuinya. Pembaca yang merasa terjadi kemubaziran. Penentunta: diketahui, belum diketahui, atau tidak diketahui.

Jerome Stern mencantumkan pendapat yang boleh disangkal: “… setengah dari sastra besar di dunia akan hilang jika orang-orang hanya menulis apa-apa yang mereka ketahui.” Kita bisa menggunakan pendapat itu membesarkan debat sastra. Di beberapa pembaca, ada keinginan: membaca sastra untuk mengetahui banyak hal.

Hasrat mengetahui itu berbeda dari kehendak dan capaian penulis. Yang membuat cerita bisa dimulai dari yang diketahui atau sengaja menulis untuk “mengetahui”. Artinya, ia membuat pengamatan (penelitian) atau terlibat dalam pengalaman-pengalaman agar mengetahui. 

Kita menyimak lagi uraian Jerome Stern: “Penulis menenggelamkandiri mereka sendiri dalam buku pengobatan medis, prosedur resmi, dan sejarah toko kelontong demi mendapatkan informasi latar belakang. Mereka berbicara kepada tukang ledeng, petugas kepolisian, dan ahli penyakit kaki guna mengumpulkan detail-detail autentik.”

Kita mengerti usaha untuk “mengetahui”, yang nantinya dituliskan dalam cerita. Yang diharapkan, para pembaca cerita itu berada dalam tarik-ulur mengetahui dan tidak mengetahui. Cerita yang mengesahkan kerepotan penulis dalam kepentingan mengetahui, yang tidak sia-sia.

(Jerome Stern, 2022, Making Shapely Fiction, Diva Press)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<