KURUNGBUKA.com – (15/05/2024) Yang diomongkan pengarang kadang bisa cocok dalam pelbagai peristiwa. Omongan kadang saling melengkapi atau berkebalikan saat disampaikan pada waktu-waktu berbeda dan di hadapan beragam orang. Pengarang kondang memiliki ketetapan dalam pengisahan dirinya.

Namun, pengarang bisa lupa atau “salah” saat membicarakan hal-hal penting, yang dulunya telanjur diterima dan dianut banyak orang. Yang terjadi adalah pencatatan pernyataan atau omongan, yang dapat disusun untuk mendapatkan keutuhan atau keanehan.

Kebenaran tidak mutlak milik pengarang yang mendapat banyak penghargaan atau diakui berpengaruh di dunia. Haruki Murakami (2009) enteng mengatakan: “Alasan satu-satunya kenapa saya menulis novel adalah untuk mengangkat jiwa setiap individu ke permukaan dan menyorotinya dengan cahaya.”

Kalimat yang indah dan mengesankan. Kita dapat menerimanya untuk renungan, tidak ada gugatan atau keinginan meralatnya. Kalimat itu sudah apik. Haruki Murakami, pengarang yang telah “berkuasa” di dunia dengan novel-novelnya yang sering laris. Abad XXI, abad yang memberi tempat bagi Haruki Murakami.

“Saya percaya sepenuhnya bahwa tugas seorang novelis adalah berusaha terus-menerus menjernihkan jiwa masing-masing individu melalui cerita-ceritanya – cerita tentang kehidupan dan kematian, tentang cinta, cerita-cerita yang membuat orang-orang menangis dan tergetar oleh ketakutan, cerita-cerita yang membuat orang-orang tertawa sampai terguncang-guncang,” penjelasan Haruki Murakami.

Kita menerimanya dengan mengangguk. Kalimat panjang bertele-tele yang membuat renungan kita malah jadi singkat. Janji diberikan: “Sebab itulah kami terus menulis, hari demi hari, terus meramu kisah dengan amat serius.” Kita tidak wajib ikut berjanji.

(Haruki Murakami, 2020, Seni Menulis, Circa)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<