KURUNGBUKA.com, SERANG – Para pelaku ekonomi kreatif di wilayah Banten mencoba berkontribusi dengan konten diskusi dan dikemas secara interaktif dengan mengangkat isu-isu ekonomi kreatif yang sarat energi dan penuh kolaborasi. Diskusi tentang Covid-19 pun tidak lepas dari ajang kali ini. Sebab, memang pada saat ini Covid-19 menjadi hal yang utama pada hari ini.

Di lapangan, tingginya angka masyarakat yang terpapar virus Covid-19 membuat faskes seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik sangat kewalahan menampung para pasien. Oleh karenanya, menurut Founder Jamu Ina/Pegiat Kesehatan Tradisional, Ratu Ina Nurul Aina, dalam diskusi mingguan Fekraf Banten, herbal menjadi salah satu alternatif penanganan gejala virus ini.

“Herbal itu terlalu luas, karena saya tradisional saya sebut jamu. Jamu itu jampi (doa) dan pusada (obat). Obat yang dibarengi doa, minta pada Sang Pencipta, Allah yang kasih penyakit Allah yang kasih obatnya, lewat tanaman yang Allah ciptakan. Kita eksplor kita gali dan cari tahu khasiatnya. Alam sudah menyediakannya,” ujarnya dalam diskusi yang dilaksanakan kemarin, di Cafe Umakite, Kota Serang (27/7/2021).

“Saat Covid ini saya merasakan, saya termasuk yang terpapar langsung, berusaha untuk tidak minum obat. Penyembuhan Covid tentang bagaimana membangun imun dengan mengonsumsi antioksidan tinggi. Sama seperti pilek kita bisa atasi dengan ramuan-ramuan itu. Kemudian bagaimana anak muda mencintai dan mengenali tubuhnya itu yang disebut selfcare. Memelihara kesehatan secara mandiri itu penting jadi tidak panik ketika sakit,” ungkapnya.

Menurut Ina, beberapa rupa dari jamu itu di antaranya adalah kunyit, jahe, laos, ketumbar, dan semua yang ada di dapur. Jika rupa jamu itu bisa diolah dan dimanfaatkan maka akan memberikan hal yang luar biasa. Misal kunyit punya kegunaan untuk mengencerkan darah dengan dosis yang tidak berlebihan.

Sementara itu, Dosen Politeknik Sahid Jakarta, Rina Fitriana yang berasal dari Kasunyatan, Kota Serang mengatakan, ia juga sempat sakit dan sempat membuat ramuan-ramuan untuk mengantisipasinya.

“Saya sempat sakit juga. Saya juga memakai bahan-bahan yang ada dan nggak terlalu ribet. Sakit itu juga kan pola pikir. kalau optimis insya Allah sehat lagi, yang penting berusaha untuk sehat. Saya dari kecil akrab dengan jamu,” ujarnya.

Kegiatan diskusi seperti ini biasa juga dilakukan dengan live daring di Instagram @fekrafbanten yang optimis mampu menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang efektif dan kondusif dengan berperan aktif mendorong pertumbuhan 17 sub sektor ekonomi kreatif yang terdiri atas 17 sektor: Aplikasi & Pengembangan Permainan, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Design Produk, Fashion, Film, Video & Animasi, Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, Televisi dan Radio.(dhe/lemri)