Perihal Keindahan Pulau Badi
Saya sengaja bangun sebelum pukul enam di hari Sabtu. Rencananya, hari ini saya dan beberapa kawan dari Komunitas Volunteer Doctor akan mengadakan kerja sama dengan komunitas lokal Kota Makassar lainnya, berupa pemeriksaan kesehatan yang akan dilaksanakan di Pulau Badi, salah satu pulau di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Setelah menyiapkan beberapa pasang baju dan keperluan seadanya, saya pun memesan transportasi online menuju Pelabuhan Paotere, Kota Makassar.
Pelabuhan Paotere sangat ramai kala pagi, terutama area Lelong/pelelangan ikan yang letaknya 300 meter dari gerbang pelabuhan. Di sini selalu macet, terutama di pagi hari. Orang-orang beragam profesi seperti nelayan, ibu rumah tangga, atau pun pedagang ikan keliling selalu memadati kawasan ini, sementara akses jalan terbilang kecil, bahkan nyaris tidak muat untuk dua mobil kala berpapasan. Saya tiba di Pelabuhan Paotere sekitar pukul delapan teng.
BACA JUGA:
Denyut Muara Siberut
Untuk masuk ke pelabuhan ini, anda harus membayar retribusi Rp2.000 per orang dan Rp5.000 per kendaraan motor atau mobil. Jika anda ingin berkunjungi ke pulau-pulau kecil di sekitaran Makassar-Pangkep selama kurang dari seminggu, maka di sini anda bisa menitipkan kendaraan dengan tambahan retribusi Rp10.000 per motor.
Pelabuhan Paotere adalah satu dari dua pelabuhan di Kota Makassar. Pelabuhan ini biasanya menjadi persinggahan kapal-kapal berukuran kecil sampai menengah dengan pelayaran sekitar pulau-pulau di timur Indonesia, sementara kapal-kapal besar biasanya bersandar di Pelabuhan Sultan Hasanuddin.
Begitu tiba di pelabuhan, ternyata tiga orang kawan lainnya telah menunggu. Mereka adalah kawan-kawan satu komunitas Vol-D. Berbeda dengan rencana keberangkatan, kapal kami baru tiba sekitar pukul sebelas pagi. Kami menaiki kapal penumpang dengan kapasitas 30-50 orang. Tarif untuk per orang sebesar Rp20.000, dengan waktu tempuh 1-1,5 jam.
Perjalanan Menuju Pulau Badi
Kapal kami berangkat sekitar pukul 11.15 WITA. Beberapa penumpang lain tampak memenuhi kapal. Sedikit informasi, kapal yang kami tumpangi tidak seperti kapal penumpang Pulau Kodingareng Lompo, atau pun Barrang Lompo di mana terdapat kursi penumpang di sisi kiri dan kanan. Kapal yang kami tumpangi tidak memiliki kursi duduk yang berjejer rapi, sehingga para penumpang akan duduk melantai dengan posisi senyamannya.
Ini bukanlah perjalanan pertama saya menuju pulau-pulau di sekitaran Makassar-Pangkep, tetapi perjalanan siang itu menjadi salah satu pelayaran dengan ombak yang lumayan besar. Jika ingin bepergian dengan kapal, memang sebaiknya dilakukan sepagi mungkin, sebab semakin siang, ombak akan semakin besar, apalagi jika sedang musim angin muson barat. Siang ini ombak yang lumayan besar menghantam sisi kapal, sehingga beberapa penumpang perempuan berteriak selama pelayaran.
Kapal kami tiba pukul 12.30 WITA. Beberapa panitia Pemkes tampak menunggu kedatangan kami di dermaga. Mereka pun mengantarkan kami ke rumah tinggal yang digunakan selama kegiatan. Namun, bagi anda yang berencana menghabiskan akhir pekan di Pulau Badi, anda bisa menginap di rumah kepala kapal, atau pun rumah warga lainnya dengan tarif berkisar Rp60.000-100.000, sudah termasuk makan pagi, siang, dan malam. Tidak usah khawatir sebab Pulau Badi terkenal akan keramahan warganya.
Berburu Sunset dan Sunrise di Tempat Terbaik
Agenda pemeriksaan kesehatan berlangsung dari pukul 15.00-16.30 WITA. Setelahnya, kami pun menikmati keindahan pulau sembari menunggu senja. Hal yang paling menyenangkan dari mengunjungi pulau adalah melihat aktivitas warganya, bercengkrama dengan anak-anak yang begitu antusias dengan kedatangan kami, juga menikmati es buah maupun minuman dingin seharga Rp. 5.000 saja. Sunset dapat dinikmati di bagian belakang Pulau Badi. Kapal-kapal kecil atau jolloro’ berjejer rapi sepanjang pantai dan senja Pulau Badi menawarkan harmoni warna kuning keemasan dan air laut yang memantulkan lembayung jingga.
BACA JUGA:
Wisata Ikonis Negeri Jiran Malaysia
Di pagi hari, saya dan kawan-kawan langsung menuju dermaga untuk berburu sunrise. Waktu-waktu kritis ini benar-benar membuat pikiran tenang. Kami menghabiskan waktu merefleksikan diri masing-masing, serta bercengkrama sesekali. Banyak hal yang bisa dinikmati tentang pulau di pagi hari. Anak-anak akan memenuhi dermaga untuk bermain, kadang iseng menceburkan temannya. Selain itu, para nelayan juga terlihat sibuk sejak pagi. Di dermaga, para nelayan memindahkan jaring-jaring mereka ke dalam kapal, atau pun sekadar menyikat sisi-sisi kapalnya.
Berenang dan Menikmati Terumbu Karang
Agenda terakhir sebelum kembali ke Kota Makassar adalah berenang. Sayang saya sudah kehabisan stok baju, sehingga saya hanya memantau keseruan dari dermaga saja. Beberapa kawan menaiki gabus besar dan menggunakannya sebagai pelampung. Beberapa lagi asyik berenang sambil menikmati terumbu karang yang beragam. Pulau Badi adalah kawasan yang termasuk dalam program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang yang dilakukan oleh Symbioscience Marine Sustainability Solution.
Setelah berenang selama satu jam, kami pun bersiap-siap untuk pulang. Rombongan kami kembali ke Kota Makassar sekitar pukul sepuluh pagi. Kali ini kami berusaha untuk berlayar sepagi mungkin agar terhindar dari ombak tinggi.
Berakhir pekan di pulau badi merupakan satu perjalanan yang tidak akan terlupakan. Keramahan warga dan keindahan yang ditawarkan Pulau Badi membuat saya ingin berkunjung kembali.