KURUNGBUKA.com, PADANG – Band The Kura-Kura berasal dari Kota Padang. Salah satu band punk yang cukup kuat bertahan meski berjalan dengan santai. Band yang berawal dari tongkrongan unit kesenian kampus ini menyebut dirinya sebagai band punk ugal-ugalan; sebagai identitas pembebasan atas genre yang mereka pilih.

Awal tahun ini, dalam rangka menunggu album pertama mereka rampung, The Kura-Kura melepas single terbarunya untuk menyapa para pendengar musik distorsi yang berjudul Hura-Hura.

“Lagu ini lagu tunggal ke empat kami, menyusul tiga lagu yang dirilis di platform youtube The Kura-Kura : Anti Parasite, Perang Dingin, dan Bacot!” terang Qori, vokalis bandnya.

Lagu single berjudul Hura-Hura menceritakan tentang keresahan terhadap orang yang ugal-ugalan tanpa tanggung jawab di jalanan, bagi The Kura-Kura, ugal ugalan cukup di panggung dengan penikmat musik sambil bersenang-senang. Lagu ‘Hura-Hura’ juga bentuk respon terhadap keadaaan sosial yang terjadi di Kota Padang.

Qori mengkhawatirkan fenomena balap liar yang sampai merenggut nyawa. “Sedih banget kalau misalkan anak muda zaman sekarang mati konyol gegara trek-trekan di jalan,” ungkap Qori.

Lagu tunggal ini sering dibawakan dalam bentuk un-realese di beberapa panggung. Hal ini menjadi kebiasaan The Kura-Kura sebelum merilis lagu, selalu membawakan lagu-lagu baru di panggung mereka sebagai uji coba materi lagu baru.

Sementara untuk proses rekaman lagu ini, The Kura-Kura dibantu beberapa teman, suara gitar dibantu oleh Diki Colak (Seraphic of Violence) dan untuk proses mixing dibantu oleh Bonar (Goodenough) di Amplop Records.

Dengan dirilisnya lagu tunggal ini, mereka berharap dapat mewakili perasaan para pendengar tentang keresahan pada pengguna motor di jalanan yang tidak bertanggung jawab. Sebab nyawa lebih berharga dari sekadar hura-hura di masa muda, tambahnya. (Rls/dhe)