KURUNGBUKA.com – Film Tiger Stripes mengisahkan tentang bagaimana seorang gadis 12 tahun bernama Zaffan (Zafreen Zairizai) yang mengalami masa pubertas lebih awal dibanding teman-temannya. Ia mengalami menstruasi dan tampak kebingungan merespons hal tersebut di tubuhnya. Apalagi ia hidup di lingkungan yang cukup islami.

Dua sahabat Zaffan mulai memberi jarak ketika ia terlihat berubah dari perilaku biasanya. Saat Zaffan bercerita ke ibunya, ibunya menanggapi sewajarnya. Sementara ayahnya di film ini terlihat begitu cuek─yang sayangnya peran mereka sebagai anak dan ayah jadi meragukan dan kurang meyakinkan.

Film berdurasi 1 jam 35 menit yang disutradarai oleh Amanda Nell Eu ini dikemas dengan visual yang tampak sederhana. Mengambil setting lokasi di perkampungan kecil di Malaysia semakin menambah intensitas cerita yang dikemas cukup hiperbolis.

Perubahan Zaffan ditandai dengan munculnya bercak di tubuhnya, tumbuhnya bulu halus di wajah, jerawat yang berlebih, serta lama kelamaan ia menjelma serupa Monster harimau. Ditambah setiap sepulang sekolah mereka bermain di sungai dan hutan dekat sekolahnya.

Film drama semi-horor asal Malaysia ini merupakan kolaborasi beberapa sineas dari delapan negara, yakni Malaysia, Indonesia, Taiwan, Singapura, Prancis, Jerman, Belanda, dan Qatar.

Amanda yang juga bertindak sebagai penulis naskah tampak ingin mengkritik khususnya masyarakat di kawasan Asia ketika menghadapi perempuan muda yang tengah mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Kurangnya pengetahuan tentang penanganan tersebut membuat orang di sekitar menganggap perubahan hormon dalam diri Zaffan tidaklah wajar.

Sampai kemudian orang tua mengundang “ustad industri” alias konten kreator yang berlaga seperti ustad datang untuk meruqiyah Zaffan lantaran emosinya yang tidak stabil dianggap gangguan dari makhluk halus.

Bila kita tidak biasa menonton film dengan gaya bercerita surealisme macam ini, kita akan kesulitan menangkap maksud dari si penulis skenarionya sendiri. Cerita semacam ini sering kita jumpai di teks-teks sastra. Film Tiger Stripes tampaknya tidak peduli dengan penontonnya. Para filmmaker yang terlibat menyuguhkan cerita personal dengan alur “sesuka hatinya” dan memaksa penonton untuk percaya saja pada cerita yang disuguhkan.

Film ini memenangkan kategori film terbaik dalam perhelatan Cannes ‘Critics’ Week 2023, dan berhasil membawa hadiah sebesar €10,000 (RM49,400) dari edisi ke-62 Cannes Critics’ Week. Saat ini sudah tayang dan bisa disaksikan di platform digital streaming Netflix, walaupun sayangnya tidak ada subtitle bahasa Indonesianya─meski sama Melayu, tetapi ada beberapa frasa dalam bahasa Malaysia berbeda dengan bahasa Indonesia.

Film ini di beberapa bagian akan menampakkan sisi horornya, walaupun sebetulnya hal itu hanya hiperbolis atau metafora belaka dari sesungguhnya apa yang terjadi. Sayangnya, tidak ada “jembatan” untuk penonton bisa menduga adegan mana yang sebenarnya tengah terjadi, dengan bagian mana yang sebetulnya hanya terjadi di kepala si Zaffan hingga akhir cerita.

Terlepas dari itu, saya cukup terhibur dan mendapatkan pemahaman baru terkait film bagus menurut orang yang paham sinema itu seperti apa. Ini hanya perkara selera saja. Selain itu, musik yang dipakai di film ini cukup berhasil membuat terngiang-ngiang setelah menontonnya.

Score: 7,5/10.

Image by IMDb.com

Dukung selalu Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<