KURUNGBUKA.com, SERANG – Siapa tak kenal musik reggae? Genre musik yang lahir tahun 60-an di Jamaika dan awalnya identik dengan suara kaum marjinal itu. Namun di era modern, musik dengan ikon Bob Marley ini berkembang menjadi suara masyarakat tanpa mengenal gender, etnis maupun strata.

Kekuatan popularitas dan orisinalitas musiknya membuat reggae dinobatkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO, organisasi PBB yang mengurusi soal pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan dunia. Penggemar reggae dunia memperingati tanggal 1 Juni sebagai Hari Reggae Internasional.

Bicara soal reggae di Banten, selain Momonon dan Rumput Hijau ada juga Empank Casta, musisi reggae yang pernah berkibar dengan grup Crayon Up sebelum era tahun 2013. Empank dinilai cukup produktif menciptakan karya, meski sempat terpuruk karena pandemi, pria kelahiran Jakarta 34 tahun silam ini mencoba bertahan hidup dengan berjualan kerupuk kulit dibantu istri tercintanya.

“Meski Crayon Up sudah bubar karena kesibukan masing-masing personil, tapi saya tetap berkarya dengan tetap menuliskan lagu lagu yang kekinian,” ungkap ayah satu anak sambil menunjukkan coretan tangan berisi beberapa lirik lagu yang telah ditulisnya.

Di awal 2022 ini Empank merilis single sekaligus video klip terbarunya yang berjudul “Vespa Tua”. Gaya musik yang terdengar santai dengan lirik yang easy listening khas Empank Kasta ini sudah bisa dinikmati di hampir seluruh platform digital populer, seperti Youtube, Spotify, Joox, Amazon music, I-tunes, Deezer hingga Tiktok. Ironisnya saat singel ini lahir, Empank justru harus merelakan menjual vespa tua kesayangannya.

“Saya bikin video klip dan rekaman terpaksa harus bolak-balik ke Jakarta, dan itu butuh biaya nggak sedikit, akhirnya vespa saya jual,” ujar Empank lirih.

Menanggapi soal rilis “Vespa Tua”, ketua Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf) Banten, Andi Suhud menanggapi positif. “Saya mengenal Empank sebagai sosok yang konsisten berkarya, dan selalu ingin berubah ke arah yang lebih baik,” terangnya.

Konsistensi seperti ini harus didukung semua pihak, selain pemerintah, juga para pelaku yang sudah lebih dulu bangkit, agar kita bisa bersama-sama lebih cepat mengatasi keterpurukan akibat pandemi. Kata kuncinya adalah kolaborasi dan apresiasi, lanjut Andi.

“Jadi bila ada yang membutuhkan jasa musisi, prioritaskan musisi lokal dengan honor yang logis karena musisi lokal tidak kalah bagus, dan jangan lupa unduh musiknya di platform resmi, ini sebagai bentuk apresiasi bagi pelaku,” sambung Andi.

Musik sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif memiliki keterkaitan kuat dengan subsektor lain, meski sumbangan terhadap PDB masih kecil, namun potensinya cukup besar. Semoga industri musik di Banten bisa berkembang menasional bahkan mendunia.(rls/dhe)