KURUNGBUKA.com – (20/06/2024) Pembaca belum seutuhnya puas mendapat cerita. Pembaca boleh berpamrih banyak. Yang dibaca adalah cerita. Yang ingin dinikmati atau diperoleh bisa hal-hal selain cerita. Maka, pembaca yang menyadari kekuatan dan keinginannya akan memiliki pilihan-pilihan bacaan yang dipertanggungjawabkan.

Ia berhak pilih-pilih mengikuti apa-apa yang sedang sesuai dengan kehidupan dirinya atau sumber renungan. Keputusan menjadi pembaca tidak gampang tapi dapat menimbulkan senang bila terjadi keselarasan pembaca dan cerita. Namun, pembaca boleh kecewa jika hanya mendapatkan sedikit atau mrucut.

“Cerita yang bagus mengubah kesadaran pembaca,” tulis Jerome Stern. Ia tidka hanya membuat kalimat cepat terbaca. Pasti pengamatan dan pengalaman yang mendasari pendapat tentang cerita dan kesadaran pembaca. Yang dibayangkan adalah pembaca itu akftif. Pembaca yang diberkati.

Saran: “Dalam sebuah fiksi, kamu bebas membuat apa pun.” Maksudnya, imajinasi yang dimiliki pembaca membolehkan pemunculan beragam kejutan dan keistimewaan. Pembaca yang tidak cukup selesai dan memetik pesan-pesan cerita. Pembaca membentuk martabatnya dengan jalinan-jalinan bersama cerita.

Pembaca mengerti apa-apa yang dikehendaki penulis cerita. Namun, ada yang luput dan tidak pernah diketahuinya. Itulah yang menjadikan cerita “berjodoh” dengan pembaca dalam masalah tokoh, alur, bahasa, dan lain-lain. Pembaca memiliki ketertarikan, selantutnya keterikatan dengan cerita yang tidak lekas menghilang setelah khatam.

Pembaca yang akan sering “diikuti” cerita, yang memudahkannya mengingat atau mengisahkan ulang. Maka, cerita yang berpengaruh untuk kesadaran pembaca berarti cerita yang menemukan jalan takdirnya. Pembaca boleh mencari atau menanti.

(Jerome Stern, 2022, Making Shapely Fiction, Diva Press)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<