Sebentar

Kamu ingin aku terus berbicara
Sementara aku hanya ingin merekam tawamu
Dalam hitungan instastory
Pembicaraan kita bakal melebar
Dan waktu hanya melingkar di sebuah jam
Dengan angka-angka monoton
Tak sungkan jarum pendek itu mengiris
Potongan detik yang sebentar

Malam tak pernah bisa dibentangkan lebih lama

Ucapanmu adalah semua yang pernah kubaca
Benarkah pipiku memerah seperti apel?
Dan mataku mungkin adalah lampu
Gerak matamu adalah listriknya
Dan segala yang menyenangkan ini
Harus berhenti pada kemudian
Rindu dikarbitkan dalam gerabah
Seperti microwave yang gelisah

***

Jantungku Ingin Menciummu

Setelah sekian waktu
Jantungku memilih senyum-senyum lagi
Apakah akan kurang ajar jika sebait puisi
Mendarat di pinggir bibirmu; permen stroberi
yang mengganggu sifat bocahku
Sayang, udara malam ini bermekaran
Bintang-bintang bersembunyi dalam buah belimbing
Rumput-rumput di musim penghujan
Merambati roda gocar yang kosong dan canggung
Melaju terus hingga kota basah kuyup ini
Tak bisa lagi mengulur atau mengundur, apa pun

***

Terlalu Eksplisit (Semoga Kamu Tidak Sadar)

Di toko buku yang akan tutup beberapa menit lagi
Kita akan terjebak di dalamnya
Dan penjaga toko mengunci kita dari luar
Dengan nakal aku bertanya padamu
Apa yang akan kamu lakukan bersamaku
Kamu bilang kita akan mencuri semua buku yang kita mau
Sayang, kamu sungguh lucu sekali
Tapi itu kriminal dan seksi
Lihatlah judul buku berderet di etalase telah merangkum suara kita
Dan di tepi dunia, kasir tengah tertawa kecil melihatnya

***

Kencing yang Unromantis

Kandung kemih sialan
Bayangkan aku kencing dua kali saat kita ketemuan
Harusnya tak salah jika aku tidak mau rugi sedetik saja
Hanya jarak paling dekat yang kumau ada
Sebelum realitas membentangkan ratus kilometer
Katamu kesadaran hanyalah asumsi
Kataku kesadaran adalah residu evolusi
Lalu kita berpisah dalam nama-nama kota
Bayangkan aku kehilangan sekitar 5 menit setiap kencing
Waktu yang cukup buat hausku akan wajahmu
Jadi sapi gelonggongan

***

Jaket yang Beruntung Banget

Pelukan tiba-tiba di ujung malam
Menyublim di jaket hitam yang biasanya hanya tergantung
Pada paku yang tak bergairah dan tembok membosankan
Mana mungkin kubuang malam itu ke tempat sampah
Sayang, hatiku kamu daur ulang

Seperti mendaur ulang pertanyaan berulang:

Apakah sengaja kamu berikan biar aku senang
Apakah kamu menganggapku abangmu
Apakah kamu menganggapku temanmu
Apakah kamu menganggapku sahabatmu
Badanku senyum-senyum cuy.
Sampai hari ini masih begitu keroncongan
Menunggu update postinganmu

Semoga kamu tidak menjauhiku
Kalau tiba-tiba aku ketahuan suka padamu

Image by istockphoto.com