wangi kopi dan roti 

hujan basah. di cafe dan resto. aku diserbu wangi
kopi dan roti: sebuah menu yang kaupilihkan

angin dingin memelukku dari samping. menciumi
pipi hingga bergetar bibirku: biji kopi dan keju

lalu aku dan kau memandangi reruntuhan luka.
mengenangkan:  betapa indahnya bersama

tetapi pertemuan itu terlalu singkat. waktu
bukan lagi milik kita. semua percuma   

Indramayu, 2019

*

ruap parfum 

menemui kekasih: dalam sebuah pesta kecil
bulu-bulu hidung bergetar dalam ruap parfum
sebuah taman bunga mengepung sekeliling
kukenali sekuntum hydrangea di sana

aku menjadi semarak: dijatuhi sepal sajak
mendekat di antara ranting langsat tanganmu
meja bundar dengan dua kursi berhadapan
malam rembulan menggenang di gelas dan piring 

bagai ikan-ikan yang diturunkan dari nirwana
berkerumun memandang jatuhnya cahaya
kita menyuling warna-warna telaga perjamuan
menyimpan degup dalam rupa gugup

apa yang akan aku ucapkan selain daripada cinta
setelah ujung pesta mengerucut pada puncak sepi
sampai hilang wangi tubuhmu digebas angin
dunia menunjukkan arti tanpamu kemudian

Indramayu, 2019

*

menulismu

sebuah puisi: dalam rangkaian kata,
aku menulismu. sebatang pena kukayuh
di permukaan kertas. sederas arus mengalir. 

tak pernah mendalam seperti ini. terserap hisap
palung di lautan kelam. mawar-mawar hitam
mekar di kesunyian: samudera tiada tepi.

aku akan membawamu ke dunia sajak, naik
ke lapisan pelangi. lalu memandang dunia
dengan penuh arti. kedamaian masih tersisa.

embun menetes berlarik-larik, menjadi bait-bait.
pagi mencair dikecup warna kuning matahari.
kutemukan namamu di akhir puisiku.

Indramayu, 2019