Kepala-kepala itu menunduk, fokus pada benda persegi di tangannya. Entah yang sedang berkendara, nongkrong, atau bahkan ibu-ibu yang hendak menyeberang dengan anaknya, mereka semua memilih fokus pada handphone. Sibuk bermain media sosial, yang seolah berhasil menjadi pusat semesta. Tempat orang-orang mengeluh, mencari perhatian, atau bahkan menebar kebohongan.

Tiga detik lagi. Aku menghitung mundur sembari memperhatikan pasangan ibu dan anak tadi. Sang anak yang lepas dari genggaman ibunya berjalan lurus ke depan, menyusul balon yang tak sengaja dia terbangkan, menuju jalan raya. Sang pengendara yang fokusnya teralih sesaat pada ponsel, terlambat menginjak rem.

Aku yang diburu waktu segera menghampiri anak yang kebingungan ketika melihat tubuhnya bersimbah darah.

“Ini sudah waktumu, Nak.”