“Dia mengangkat bahu dan membuka buku itu di bagian tengah, lalu mulai membacanya keras-keras. Semua keraguan langsung menghilang dari wajahnya, digantikan dengan kebahagiaan karena membaca sesuatu dalam bahasa dari kampung halamannya. Tak lama kemudian, suaranya terdengar bertambah keras dan dia membiarkan kata-kata yang diucapkannya bergentayangan di antara koridor rak-rak bukunya.”
(Mikkel Birkegaard, Libri di Luca, 2009)
KURUNGBUKA.com – Di pasar buku bekas atau toko buku bekas, kita kadang melihat buku-buku yang berpenampilan apik. Buku bersampul keras. Di mata, buku-buku tebal yang menggoda, mengisyaratkan keampuhan. Tangan membuka halaman-halaman buku, bertambah yakin bila buku itu berbahasa Prancis, Jerman, Belanda, atau Italia. Kita yang terbiasa membaca buku-buku berbahasa Indonesia hanya memandanginya. Buku-buku yang mustahil terbaca.
Di kota atau negara yang jauh, kita akan memiliki kerinduan dengan Indonesia. Rindu yang lain, rindu buku. Penjelasannya: rindu membaca buku-buku berbahasa Indonesia. Buku yang mengingatkan bahasa dan asal, tidak sekadar isi atau mutu. Yang turut menentukan derajat buku adalah bahasa. Pembaca rindu bahasa.
Luca membaca buku. Ia bertemu bahasa. Yang dibaca adalah buku yang mengembalikan gairah merindu asal. Bahasa yang terbaca. Bahasa yang hidup bila diucapkan. Pembaca menemukan jalan kembali. Bahasa yang memberi bahagia. Kita membacanya dalam masalah buku dan bahasa.
Di halaman-halaman novel, Luca dalam peristiwa yang menegangkan. Namun, kita belum ingin ikut dalam konflik-konflik dipicu buku. Kita justru ingin membandingkan kebiasaan membaca buku-buku beragam bahasa. Yang telanjur suka membaca buku-buku berbahasa Inggris mungkin pernah kangen menikmati buku berbahasa Indonesia meski sempat kecewa dengan mutunya.
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<