Maaf
Maafku terus terucap
Sesal menutupi tiap akhir hari
Awan mendung menutupi langit yang cerah,
bahkan matahari pun ikut terbenam
Udara sesal itu mengoar,
sesak ruang di dada, deras deraian air mata
Lunglai sekujur jasmani
Tak lagi sanggup berucap yang lain
Maaf dan sesal satu-satunya yang teringat
Menerobos memori, ruang pikir, relung hati
Menyita setiap detik yang berdentang
Maaf…
Maaf…
Teramat sangat…
***
Jiwa yang Ingin Pulang
Bagai gelap yang selalu menghantui malam,
tanpa bulan dan bintang,
apalagi mentari yang telah lama pulang
Tak ada arah langkah yang terlihat
Tak ada suar cahaya yang terpancar
Terpana jiwa tenggelam dalam kegelapan
Apakah jalan pulang sungguh ada?
Ribuan jejak telah lama hilang,
hilang bersama kenang yang tertutupi kalut
Usai sudah kisahnya, tapi tak rela rasanya
Derap langkah terasa amat berat
Berat langkah perlahan mengikis harap
Akankah cahaya tak kan lagi tampak?
Apakah gelap akan menelan semua cahaya yang ada?
Hingga hanya tersisa jiwa yang tersesat di antah beranta
Angin, bawalah jiwa ini bersamamu
Langit, bimbinglah ia ke tempatnya
Melalui setiap undakan kehidupan,
yang tak kunjung menunjukan tanah datar tak berundaknya.
***
Aku Ingin
Riak air siang hari terbiaskan oleh mentari,
Kerlap kelip sinyal emosi tak terbendung lagi
Kelam itu mulai menunjukkan cahaya,
“Aku akan pulang!!”
Jikalau memang demikian,
jikalau memang ada harapan,
jikalau memang bukan bualan,
terlebih jikalau itu sungguh kenyataan,
inginku meraihnya, menguncinya dalam brankas,
menanam kuncinya dalam hati dan pikiran,
tak ingin lagi kehilangan.
Aku ingin,
menatap fajar tanpa risau akan lelap dalam gelap.
Aku ingin,
terbang bebas di angkasa harapan tak berujung,
yang membawaku pada rasanya hidup kembali,
Aku ingin,
dapat sejenak melepaskan diri dari guratan,
guratan yang mengikat pada sesak,
sesak hidup dalam gundah,
tak ingin tenggelam,
tak ingin lenyap begitu saja.
Riak air itu memanggilku,
“Ayo pulang!”
mengirim pengingat akan sesal yang menghanyutkan sebelumnya.
Aku ingin,
pulang
hanya pulang.
Menangkap kembali bayangan lampau,
yang terekam bersama jejak waktu kisahku.
Aku ingin itu.
Hanya itu.
***
Sejenak Lupa
Tembok itu tebal, tegak tak bergeming.
Gemuruh bergema di ruang kosong yang dingin.
Goresan angin ikut menyakiti.
Panas hingga dingin turut membersamai.
Kering bahkan lembab juga dirasai.
Hei lumpu, tidakkah rasamu telah lama luput dari indra perasamu?
Lalu apa itu?
Jejak rasa itu masih sangat jelas tertangkap oleh indramu.
Dia terasa dan mengaum memekakan ruang dengarmu.
Tahukah kamu, lumpu
Hidangan pembuka telah lama menjadi basi
Namun, hidangan penutup belum lagi menampakkan diri.
Komat-kamit jiwamu meraung,
tak sanggup lagi memendam semua sesak itu
Tak acuhmu boleh saja kau pertahankan,
tapi cangkang itu tak tangguh tuk menahannya.
Tidakkah sejauh samudra belum kau arungi?
Tidakkah palung Mariana belum kau jumpai?
Tidakkah detik terakhir belum berakhir?
Lantas, apalagi yang mengunci langkahmu tuk mencari,
mencari pohon tuk berteduh,
berteduh dari badai gila yang mengacau di ruang langkahmu.
Cari ia.
Temukan ia.
Pohon itu.
Hirup seluruh oksigen itu.
Redakan sesak itu.
Hingga sanggup dirimu tuk kembali menapak,
menapak di bukit terjal yang tak rata ini.
***
Kenang Kenang Bersama
Redup telah menjadi terang
Kini ramai telah beriring sepi
Kisah dalam memori ternyata telah terbungkus rapih, ya
Wahai hati, ternyata kuat juga sang kasih
Dalam jiwa-jiwa pencari terang,
ada ribuan potongan api yang menyala-nyala tak ingin pergi
Satu buku kisah ini sudah mencapai akhir halamannya
Sampul penutup sudah siap tuk menjemput
Memang, tak kan ada pembuka yang berakhir tanpa penutup
Mungkin cukup sebegini rangkuman kisah hati-hati ini
Mungkin cukup sebanyak ini langkah kaki yang tercetak di tiap sudut nagari ini
Mungkin cukup begini cetak-cetak memori yang terpatri
Banyak sesal karena masih kurang rasanya tuk bersua di sini, tetapi, banyak juga kasih yang
hangatnya menentramkan hati kami para pencari terang dari limpahan hangat juga kasih nagari ini
kepada kami yang singkat sekali keberadaannya di sini
Namun hati, rindu, asa, harapan, juga juang, kan terus membersamai kami-kami
yang dalam harap dapat kembali ke nagari ini, salam rindu tuk kenangan yang
akan membersamai langkah mendatang
Semoga hangat masih terus melekat
*) Image by istockphoto.com