KURUNGBUKA.com – (29/01/2024) Bacaan-bacaan yang menentukan seseorang menempuh arus kesusastraan. Yang dibaca berpengaruh sampai pembaca itu menjadi penulis. Apa yang terbaca, apa yang terbawa. Bacaan-bacaan itu sulit ditinggalkan di masa lalu. Pembaca seperti membuat perjanjian suci, yang tidak ingin diingkari.

Kita yang mengetahui gairah membaca dan pengaruh-pengaruh dalam biografi pengarang menganggap terjadi usaha pengeramatan. Tahun-tahun yang berlalu tidak berarti berlalunya bacaan-bacaan lama atau yang dinikmati saat masih anak dan remaja.

Nadine Gordimer mengungkapkan: “Bila melihat kembali masa muda saya dengan hari-hari yang dipenuhi gairah membaca, saya termenung mengingat besarnya keinginan saya untuk pergi ke perpustakaan setempat dengan penghayatan yang mendalam tentang DH Lawrence.” Ia yang rajin membaca buku, yang memilih cerita-cerita DH Lawrence.

Peristiwa membaca di perpustakaan. Buku-buku yang tidak dimilikinya tapi dipinjamnya. Namun, DH Lawrence menjadi miliknya, yang mungkin selamanya sampai saat ia menua. Pilihan tidak salah yang akan dipertaruhkan saat Nadine Gordimer rajin membuat tulisan-tulisan.

Yang dipelajari adalah tokoh-tokoh. Ia memikirkan dan mempertimbangkan kemampuan para pengarang mencipta karakter-karakter dalam ceritanya. Nadine Gordimer pun ingin matang dalam pembuatan karakter, tak hanya membuat cerita. Yang dipelajari dari buku diselaraskan pengetahuan keberagaman manusia di dunia.

Diri pun sumber. Nadine Gordimer menjelaskan: “… perkembangan hidup saya yang terbatas, tidak banyaknya kenalan, dan kebosanan yang ditimbulkan oleh lingkaran kehidupan yang tak terhindari.” Itulah yang menuntunnya menulis fiksi, terhubung jauh dengan bacaannya dan fragmen-fragmen biografi.

(Nadine Gordimer, 2004, Writing & Being, Jalasutra)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<