KURUNGBUKA.com – (03/07/2024) Yang membaca novel-novel mengetahui derajat (penilaian) untuk membedakan “tinggi”, “rendah”, “terbaik”, “indah”, “jelek”, dan lain-lain. Pengalaman membaca novel berbeda dengan pengamatan. Yang membedakan: ketulusan, pamrih, dalil, atau kepentingan.

Maka, orang-orang yang membaca novel-novel kadang berada dalam ketegangan bila sedang membuat pembicaraan. Mereka yang membaca tidak harus menjadi penilai yang memenuhi kadiah-kaidah kritik sastra. Mereka boleh menyajikan resensi atau sekadar memberi catatan-catatan yang berdasarkan kesan-kesan.

Italo Calvino mengungkapkan: “… banyak dari generasi muda yang akan kewalahan sejak halaman pertama, lantas tiba-tiba yakin bahwa novel yang paling indah dunia hanya yang ini dan mengenalinya sebagai novel yang selalu ingin mereka baca dan yang akan menjadi landasan bagi semua novel yang mereka baca di masa depan.”

Pada mulanya, ia mengingatkan dan menunjuk novel-novel besar yang berpengaruh di dunia. Novel-novel yang diakui bermutu, yang ikut menentukan selera sastra, dari masa ke masa. Italo Calvino sedang memikirkan pembaca-pembaca yang bakal terus berdatangan. Pada suatu masa, mereka dalam debat panutan.

Yang dianggap penting: novel awal yang khatam dibaca dan memberi kesan-kesan mendalam bakal mempengaruhi pengalaman membaca novel-novel selanjutnya. Italo Calvino menerangkan bahwa pembaca kadang mendapat keajaiban tapi ada pemastian bila terperoleh untuk novel-novel awal yang dibaca. Yang membaca boleh berdasarkan katalog.

Pembaca mungkin memiliih penentuannya dimulai dari novel yang terindah, membuat daftar bacaan yang terus bertambah. Pengalaman membaca novel itu terutama khatam dan kesan.

(Italo Calvino, 2022, Maslahat Sastra, Basabasi)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<