KURUNGBUKA.com, RANGKASBITUNG – Kegiatan bincang Seba Baduy, Mengembangkan Diri Melalui Ajaran Adat yang digelar oleh Pemkab Lebak berlangsung meriah di Alun Alun Rangkasbitung pada, Sabtu (29/04/2023). Dengan menghadirkan narasumber Moch. Fathahillah, Ketua Umum Paguyuban Saija Adinda Lebak & Marketing Executive TipTip, Emas Fyqri, Wakil Ketua Paguyuban Bidang Project & Operation Executive OneTwoTrip & Syahrul, perwakilan Bank Indonesia Banten.

Moch. Fathahillah, menyampaikan Seba Baduy sebagai kultur istiadat lokal bisa dimaknai menjadi tiga pemaknaan, patuh terhadap yang maha kuasa, patuh terhadap pemerintah dan patuh terhadap amanat buyut. Seba adalah kultur yang sudah berlangsung turun temurun yang merupakan simbol kesederhanaan atas dasar mempererat silaturahmi dan persatuan sebagai masyarakat.

“Seba Baduy merupakan peristiwa budaya sebagai simbol rasa syukur mereka kepada yang maha kuasa, rasa syukur sebagai masyarakat atau warga negara dan penghormatan kepada leluhur. Alam yang terjaga akan senatiasa menghidupi manusia, manusia yang senantiasa menjaga persaudaraan akan dimuliakan di masyarakat masyarakat Baduy memegang teguh amanat leluhur itu untuk direalisasikan dalam kehidupan nyata,” jelas Fathahillah.

Emas Fyqri, menambahkan, bahwa hidup berdampingan dengan masyarakat adat dalam hal ini, masyarakat Baduy, merupakan sebuah sikap toleransi dalam membangun peradaban. Makna yang bisa dipetik dari peristiwa budaya Seba Baduy bisa memacu pengembangan perspektif keragaman budaya bagi generasi muda.

“Saya sepakat dengan statement yang mengatakan Baduy itu tuntutan bukan tontonan. Terdapat nilai yang bisa kita terapkan dalam peristiwa budaya ini, salah satunya pengembangan diri dalam mengolah toleransi menyikapi adat-istiadat. Kesederhanaan di atas adat menjadi landasan nyata menekan ego dan arogansi dan melahirkan toleransi. Baduy mengajarkan kita mencintai hidup, saling menghormati & menghargai meskipun perbedaan itu nyata,” jelas Emas Fyqri.

Kemudian, Syahrul juga menambahkan, keterlibatan Bank Indonesia dalam aktivitas kebudayaan merupakan aksi nyata dalam menumbuhkan nilai persatuan juga membangun karakteristik masyarakat memalui cinta rupiah.

“Uang sebagai alat tukar berperan penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat, pun tak terkecuali masyarakat adat. Bank Indonesia Banten tak pernah lelah mengedukasi dan mensosialisasikan sikap cinta, bangga & paham rupiah ke masyarakat baduy. seperti aktivitas penukaran rupiah dan kas keliling yang berkoodinasi dengan perbankan di daerah,” tutur Syahrul. (AZF)