KURUNGBUKA.com – (03/05/2024) Kemunculan para penulis ditandai dengan pilihan alat atau benda. Mereka dalam zaman yang menghadirkan teknologi-menulis mudah mengalami perubahan-perubahan. Yang menghasilkan tulisan memerlukan beberapa alat dan benda, yang inginnya diakrabi atau memiliki pertautan, yang mengandung ketagihan.
Artinya, penulis tidak menjadikan alat dan benda itu tergunakan dalam pamrih yang sekadar “teknis”. Di biografi atau autobigrafi para penulis, kita mengetahui ada “percumbuan” dan “persekutuan” yang istimewa.
Afrizal Malna bertumbuh sebagai penulis dengan mesin tik. Kenangan berlatar masa 1980-an dan 1990-an: “Setiap mengetik, selalu diikuti rasa cemas kalau suara mesin tik saya mengganggu tidur tetangga.” Ia sadar gairah sebagai penulis dan keinsafan dalam pergaulan bertetangga, yang ingin damai-damai saja. Mesin tik itu menentukan tulisan tapi suara itu bisa menimbulkan persoalan berkaitan jarak rumah dan suasana hidup di sekitar.
Penjelasan: “Suara mesin tik mungkin tidak semata-mata suara pada umumnya. Di balik suara itu ada yang sedang menulis, terdengar repetitif, mungkin mirip serangga juga.”
Pada masa lalu, kesibukan menulis justru memberi kesan-kesan mengejutkan. Yang mengetik tidak selesai dengan berhentinya suara mesin tik. Pengalaman diceritakan: “Ketika struktur tulisan mulai dibongkar, maka lantai tempat saya mengetik berubah seperti pameran tulisan. Tulisan yang sudah diketik, digunting-gunting dan dilem kembali di atas kertas baru untuk mengubah strukturnya. Yang lain penuh coretan dan harus diketik ulang. Yang gagal, diremas dan dilempar ke tong sampah atau dibakar.” Peristiwa itu menegangkan dan melelahkan.
(Afrizal Malna, 2021, Kandang Ayam: Korpus Dapur Teks, Diva)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<