KURUNGBUKA.com – (23/04/2024) Orang bisa bercerita dengan mulutnya, lama atau sebentar. Ia anggap ceritanya penting dan menarik. Inginnya cerita itu mendapat perhatian. Artinya, yang bercerita ingin dipahami melalui perhatian atau pujian. Maka, pencerita merasakan kepuasan, yang disusul ketagihan untuk memberikan cerita-cerita lainnya.

Bercerita penuh kenikmatan. Namun, yang diceritakan secara lisan tidak terjamin mudah dituliskan. Apa yang ditulis tidak semuanya sesuai dengan yang diinginkan, termasuk dampak-dampak saat disampaikan di mulut.

Mohammad Diponegoro memberi ajakan, yang mengarahkan orang menuliskan cerita: “Jika ide cerita sudah membetik di batok kepala, mulailah dengan mencari tema. Biasanya tema itu bisa dituliskan hanya dalam sebuah kalimat yang pendek. Tema adalag penting karena ini akan mengikat seluruh bagian cerpen. Tema yang tidak jelas akan membuat cerpen itu terasa kendor dan gembur-gembur, atau meleleh cair.”

Pentingnya tema, yang tidak boleh disepelekan bagi pencerita. Tema yang menentukan kehormatan dan keunggulannya bercerita. Tema, yang menghidupkan sekaligus melayukan cerita.

Yang keranjingan bercerita dengan mulutnya kadang tidak bisa terus-terusan cocok dengan tema yang diajukan di awal. Di tengah bercerita, banyak godaan dan kebablasan yang menjadikan tema itu kabur. Cerita yang dituliskan juga tidak dipastikan tema akan kukuh dan berhasil disajikan. Ada hal-hal yang mengharukan penulisnya mengetahui cara untuk “membenarkan” tema, yang nantinya tidak berantakan dalam tulisan.

Maka, ia yang bercerita dianjurkan mengerti dan “mengamalkan” kadaih-kaidah yang lazim ditunjukkan dalam cerita-cerita telah “dicontohkan” oleh pengarang-pengarang bermutu.

(Mohammad Diponegoro, 1985, Yuk, Nulis Cerpen Yuk, Shalahuddin Press)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<