Pada hari yang telah dijadwalkan, dia datang sepuluh menit lebih awal. Dia seorang lelaki bertubuh tinggi, mengendarai Honda CRV dan mengenakan kaos polo. Untuk sesaat aku nyaris tidak mengenalinya. Namun kemudian aku hampir tak dapat mempercayai penglihatanku sendiri menyadari lelaki yang membuat janji temu denganku itu adalah Fabian, mantan guruku di SMP dulu. Aku setengah berharap dia sudah lupa siapa aku, tapi setelah melihat nama lengkapku di kartu nama, dia mengaku masih ingat. Akhirnya kami bertukar kabar selayaknya dua orang yang sudah lama saling kenal dan baru bertemu.
Di tengah obrolan, tiba-tiba Fabian terdiam dan tampak muram. Dia mengaku batal membeli rumah. Dia tak bisa membatalkannya begitu saja di telepon jadi dia tetap mengupayakan datang untuk meminta maaf dan menjelaskan alasannya secara langsung. Aku yakin seandainya aku orang lain, dia pasti akan mengarang alasan yang lebih pantas. Namun barangkali sesuatu dari suasana nostaljik itu membuatnya akhirnya mengaku: istrinya selingkuh. Ini bukan pertama kali istrinya selingkuh.
Tadinya dia tetap berniat menghadiahkan sebuah rumah di hari peringatan pernikahan dengan harapan istrinya akan berubah dan menghargai ketulusan hatinya. Namun tepat sehari sebelum jadwal bertemu denganku, Fabian melihat istrinya dengan lelaki lain di lobi supermarket. Pemandangan itu menjungkirbalikkan dunianya termasuk keputusan untuk membeli rumah baru. Dia berjanji tak akan lagi memberi istrinya kesempatan kedua, ketiga, keempat, kesekian kali. Dia ikhlas melepaskan sang istri dan kenyataan mereka belum dikaruniai anak membuat keputusan itu jadi lebih mudah.
Maka di sanalah dia, lelaki baik-baik yang selama ini kukenal sebagai guru Bahasa Indonesia-ku di SMP, mencurahkan isi hatinya sambil berusaha tegar. Sebuah kalimat terlintas di benakku, kenapa lelaki baik selalu dikhianati? Namun aku tak mau terserap dalam permasalahan rumah tangganya. Aku tetap fokus pada tujuan pertemuan kami. Dan pertemuan itu tak membuahkan hasil apa pun selain kata batal. Dan maaf.
Kupikir kami tak akan bertemu lagi. Namun suatu hari Fabian kembali menelepon ketika aku sedang rapat. Aku meneleponnya balik setelah rapat dan menanyakan kabarnya. Dia bertanya apakah aku punya waktu hari Sabtu depan, dia ingin mentraktirku minum kopi. Sabtu depan kami ada acara outing kantor jadi aku menolaknya. Namun demi sopan santun, aku menyarankan kami bertemu di hari Senin, dengan harapan siapa tahu dia akan tetap mengambil satu unit rumah meskipun tujuannya berbeda.
Kami bertemu di kedai kopi Expresso. Dia memakai kemeja kerja dan aku mengenakan kemeja dan blazer sebab saat itu memang sedang jam istirahat kantor. Ternyata sudah lama dia berhenti menjadi guru. Selepas mengajar di SMP dulu dia banting setir menjadi karyawan bank di sebuah bank swasta tempat pamannya menjadi salah satu petinggi. Di sanalah dia bekerja sampai sekarang, membawahi divisi penagihan. Namun kami tidak banyak mengobrol tentang pekerjaan kami. Lebih banyak kami mengobrol tentang masa lalu ketika dia masih mengajar di almamaterku.
Lalu aku teringat ibuku yang pernah menyuruhku memata-matanya setiap hari. Tentu saja aku cukup bijaksana tidak menceritakan bagian yang itu, sebab aku tak ingin mempermalukan ibuku sendiri. Kami berpisah lima belas menit sebelum waktu istirahat berakhir dengan janji temu berikutnya. Di jalan balik ke kantor, aku menyadari telapak tanganku berkeringat dingin dan jantungku berdebar keras. Aku yakin saat itu aku belum punya hati padanya. Namun setiap pikiran tentang dirinya memicu gejolak tak terjelaskan dalam diriku.
Untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya terasa lebih santai dan akrab. Kami tak lagi berpakaian formal dan obrolan kami mulai tentang kehidupan kami yang sekarang. Fabian sibuk bolak-balik pengadilan untuk mengurus cerai. Istrinya meminta maaf tapi tidak mengajak rujuk. Kedua belah pihak sepakat berpisah dengan lapang dada. āBagaimana dengan kamu,ā dia bertanya suatu hari. Apakah kamu single atau sudah punya seseorang yang istimewa? Aku benci setiap kali ditanyai seperti itu. Aku sadar karena aku perempuan berusia akhir 20-an, orang-orang jadi gampang penasaran dengan statusku. Namun aku tidak begitu naif. Aku tahu tujuan Fabian menanyakan statusku. Aku menjawabnya dengan jujur.
Namun kami tidak menjalin hubungan istimewa sampai beberapa bulan kemudian. Bahkan setelah sidang keputusan cerainya keluar, aku tidak langsung menganggap kedekatan kami sebagai hal istimewa. Aku bertukar kabar dengan teman-teman dari masa sekolah dan menceritakan tentang pertemuanku dengan Pak Fabian. Mereka hampir tak percaya dan mendesakku mengirimkan fotonya yang sekarang. Mereka membenciku dan memintaku bertukar tempat. Entah kenapa reaksi teman-teman lama justru membuatku menyadari nilai lelaki ini dan tak ingin melepaskannya. Kenapa aku tak pernah menyadarinya dari dulu? Aku tidak menyadari mantan guruku itu tampan. Aku hanya mengingatnya sebagai lelaki baik dan ramah. Banyak gadis-gadis angkatanku yang naksir dan diam-diam mengidolakannya.
Pada akhirnya aku bersedia membuka pintu hatiku pada mantan guruku. Tepat setahun kemudian kami menikah. Pernikahan privat yang hanya dihadiri oleh aku, pasanganku, dan seorang pastor. Ibu baru kuberitahu satu minggu kemudian, dan sebelum ia marah, aku buru-buru berjanji akan melangsungkan resepsi susulan di kampung halaman. āKenapa menikah tiba-tiba sekali? Siapa suamimu?ā tanya ibu. Aku menyodorkan ponselku ke wajah suamiku, berkata Ibu mau bicara. Ketika ponsel beralih ke tangannya, di seberang saluran Ibu menyahut riang pada sapaan pertama. Untuk pertama kali sejak ia menulis catatan terakhir tentang pemuda yang menghilang dari hidupnya, akhirnya ibuku berbicara kembali dengan Fabian.
Ibu meninggal lima tahun kemudian karena kanker payudara. Usianya 60 ketika itu. Dua bulan kemudian, aku menemukan buku hariannya saat sedang membersihkan gudang.
Seberapa kenalkah kau dengan orang tuamu?
Ibuku menghabiskan hampir separuh hidupnya mencintai lelaki yang kini berstatus suamiku. Aku merasa seolah tak mengenalnya.
*) Image by istockphoto.com
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<
ceritanya menarik sekali dan diksi nya sangat mudah dicerna!!