Nasri mengakhiri kesepiannya bersama perempuan di kedai kopi. Dia meminjam pakaian temannya dan meminta parfum teman lainnya. Tentu Nasri perlu diberi pinjaman motor agar memberi kesan yang baik di awal pertemuan.

            Di kontrakan, teman-temannya menerka pembicaraan Nasri dengan si perempuan dan sebagainya dan sebagainya. Mereka menunggu kepulangan Nasri sampai malam benar-benar gelap. Temannya mulai khawatir, teman yang lain tidak begitu peduli karena Nasri sudah dewasa dan bisa jaga diri sendiri, dan teman satunya yang lain curiga kalau Nasri membawa motornya pulang ke rumah. Pikiran mereka silang menyilang.

            Satu persatu dari mereka masuk ke dalam kamar setelah berperang dengan pikiran masing-masing. Mereka tertidur setelah Nasri kembali. Melihat tidak ada satu orang pun di ruang tamu, dia masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri. Besoknya, pagi-pagi sekali Nasri pergi dengan setelan yang sama dan memakai motor temannya

            Ketika teman-temannya bangun dan tidak menemukan Nasri di kamarnya, mereka gusar bukan main. Satu per satu dari mereka menelepon Nasri berkali-kali, tapi tidak diangkat.

            “Kita harus melapor polisi,” cetus satunya.

            “Merepotkan. Kita mesti cari sendiri!”

            “Gimana caranya?”

            “Aku sudah bilang kalau dia tidak dapat dipercaya!”

            “Masalah ini tidak akan selesai jika kalian terus mengoceh.”

            Saat teman-temannya meributkan persoalan Nasri, dia sendiri sedang duduk di kedai bersama perempuan. Nasri tidak sempat memberitahu teman-temannya di kontrakan, sebab si perempuan mengabarinya pagi-pagi sekali ingin bertemu lagi, dan ini sesuatu yang mendadak dan penting. Dia menyetujui dan segera pergi ke kedai.

            Si perempuan sudah menunggu di sana. Nasri memesan kopi dan dua potong roti. Dia duduk di samping si perempuan dan dia meminta maaf karena datang terlambat.

            “Aku rasa kamu adalah orang yang tepat,” ungkapnya setelah pesanan Nasri datang.

            Nasri tidak menanggapi, si perempuan melanjutkan, “ini mungkin memakan waktu lama, kamu tidak keberatan mendengar ceritaku?” Nasri menggeleng. Si perempuan menatap mata Nasri lamat-lamat, setelah merasa yakin ia memulai ceritanya yang panjang.

Mari kita tinggalkan Nasri dan si perempuan sejenak dan kembali melihat teman-teman Nasri di kontrakan.

Mereka keluar kontrakan dan mencari Nasri di tempat-tempat yang biasa dia kunjungi. Temannya yang memberi pinjam motor berkali-kali menelepon dan berkali-kali pula menggerutu. Dia gusar level dewa. Karena tidak mendapatkan hasil setelah berputar-putar di taman dan toko buku, mereka akhirnya berpencar. Yang satu ke hotel, yang satunya lagi ke kampus, dan yang lain ke kedai. Mereka akan bertemu kembali di taman dekat kontrakan tepat jam dua belas siang.

Cerita si perempuan masih berlanjut. Kopi Nasri sudah habis. Dia menengadah, matanya bertemu dengan mata si perempuan yang berkilauan bak mutiara. Bola mata Nasri jatuh di dada si perempuan. Dia melihat lubang yang amat dalam dan gelap dan lubang itu melebar dan makin membesar ketika ia bercerita. Nasri tidak bisa menebak seberapa dalam lubang itu dan siapa yang jengkel membuatnya.

Lubang itu menarik perhatian Nasri. Dia tidak henti-henti memperhatikannya. Suara si perempuan jadi pengiring yang magis. Ketika ia berhenti, lubang itu mengecil dan sebaliknya. Ceritanya semacam sihir kuno, menumbuhkan perasaan aneh yang bergelayutan dalam diri Nasri. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Dadanya sakit, ulu hatinya perih, dan kakinya gemetar.

Dia memalingkan pandangan ke jendela kedai, melihat orang berlalu-lalang dan matanya tidak sengaja menangkap wajah teman kontrakannya. Dia tampak sedang menelepon dengan seseorang. Apa yang sedang dia bicarakan, Nasri tidak tahu. Yang dia tahu cerita si perempuan telah sampai pada akhir dan kini lubang itu mengecil dan perlahan mengisap Nasri masuk ke dalam. Dia merasakan tubuhnya didekap dan perasaan aneh itu menghilang begitu saja. Nasri tersadar ketika si perempuan menggapai tangannya sembari berkata, “terima kasih.”

Sedangkan dari balik jendela kedai, teman-teman kontrakannya melihat Nasri dengan perasaan lega. Mereka kembali ke kontrakan dan menanti kepulangan Nasri.

Krapyak, 09/05/2023

Image by istockphoto.com

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<