KURUNGBUKA.com – (04/04/2024) Menulis fiksi, menulis dengan ketulusan dan kejutan. Yang terjadi dalam tulisan mungkin mengikuti yang dikehendaki penulis. Namun, di tengah jalan semua bisa berubah. Cerita dirancang memilih berbelok arah. Tokoh-tokoh yang diciptakan tidak semuanya menuruti kemauan dan titah penulis.

Kejutan-kejutan diperoleh penulis dengan tarik-ulur, bolak-balik, datang-pergi, dan pontang-panting. Yang terus membuatnya menikmati menulis fiksi adalah terang yang tidak lekas datang. Samar dan berdebar itulah yang menjadikan fiksi makin mengesankan.

Carmel Bird memberi peringatan: “Pembaca dapat membaca muslihat apa yang hendak dirimu lancarkan, dan kehilangan minat terhadap plot serta tokoh dalam ceritamu. Duniamu berantakan.” Ia yang memberitahu kegagalan dan malu ditanggung penulis fiksi yang dihajar pembacanya. Yang diperlukan agar kejadian buruk terhindar: keyakinan.

Penulis memiliki keyakinan saat menulis cerita, berani mencipta dan tangguh dalam kesialan-kesialan saat ingin menyelesaikannya. Keyakinan yang dimiliki dan diwujudkan penulis bakal meyakinkan pembaca.

Keseruan bagi yang menulis fiksi: keyakinan atau percaya. Maka, yang dianjurkan: “Kalau dirimu percaya, ilham akan datang. Secara misterius, dirimu akan mengendalikan, tetapi mengendalikan sesuatu yang mempunyai kehidupan sendiri.” Penulis fiksi itu dalam agenda penciptaan. Ia yang tidak main-main untuk menulis fiksi dalam keutuhan unsu-unsur, tidak ingin ada bolong atau retak yang nantinya dicemooh pembaca.

Fiksi yang ditulis dengan keyakinan bukan memuaskan penulisnya saja. Sasaran dari dampak keyakinan adalah pembaca. Fiksi yang dibacanya memberi kejutan dan misteri, yang mungkin “mirip” atau “mendekati” pengalaman yang menulisnya.

(Carmel Bird, 2001, Menulis dengan Emosi: Panduan Empatik Mengarang Fiksi, Kaifa)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<