KURUNGBUKA.com – (19/06/2024) Ada yang bingung saat membuat tulisan. Ia merasa yang ditulisnya tidak penting. Yang dilakukan adalah membuat deret ingatan tentang pengalaman. Ia anggap itu klise. Artinya, tulisan yang mudah, membosankan, dan kurang berarti. Pengalaman sebagai sumber tulisan kadang “berlebihan” dalam mengungkap yang istimewa.

Padahal, tulisan itu akhirnya biasa-biasa saja. Namun, ada usaha yang bisa menjadikan tulisan berdasarkan pengalaman tetap memiliki kesan. Pengalaman itu perjalanan. Yang ditulis adalah diri atau “orang lain” yang memiliki banyak pengalaman selama perjalanan.

“Perjalanan adalah bentuk cerita yang paling tua, paling benar, dan paling mutlak,” tulis Jerome Stern. Kita menyangka kalimat itu ditulis saat ia mabuk atau terlalu bergembira. Penyebutan “paling” dapat menyesatkan jika kita tidak memiliki kebiasaan membaca cerita-cerita perjalanan atau menikmatinya dengan pendengaran.

Penjelasan penguatan yang disampaikan Jerome Stern: “Dari cerita anak ke narasi alkitabiah ke novel kontemporer, seseorang selalu membuat latar dalam rumah.” Jadi, perjalanan itu diyakinkan akan mengesankan dan memberikan pengaruh yang besar.

Saran agar orang berani menulis tentang perjalanan: ‘Salah satu keindahan perjalanan adalah sekali kamu membuat tokohmu menjelajah, hal-hal lainnya akan terjadi. Hal yang tak terduga secara alami membawamu ke hal-hal yang tak terduga setelahnya.” Yang diperlukan: memulai dan berani menulisnya.

Cara itulah yang memungkinkan kemunculan yang tidak terduga, yang sebenarnya adalah “kekuatan” yang menantikan arah dan jalan terbuka. Yang menulis seperti membuat “pementasan” yang merasakan kehadiran beragam hal untuk berada di tulisan.

(Jerome Stern, 2022, Making Shapely Fiction, Diva Press)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<