Waktu berpapasan

Kini dan masa lalu bertemu

Waktu berjalan maju namun suasana membawa kami kembali ke masa di mana pelukis muda itu tak hanya bermain gundu

Kami datang dari masa kini

Mencoba menemui masa lalu

Waktu berjalan maju namun suasana itu membawa kami kembali menjumpai masa yang tak kami jumpai di masa kini 

Aku orang masa kini

Telah bertemu dia yang datang dari masa lalu

-Marienpoelstraat, Leiden July 2019-

***

Kota tua Leiden, Belanda, (13-14/7),  setiap tahunnya kawasan Rapenburg dan Pieterskerk telah disulap kembali ke suasana masa lalu. Acara ini dibuat dalam rangka menyambut hari kelahiran pelukis dunia Rembrandt van Rijn. Suasana telah bertransformasi otentik, lengkap dengan ratusan aktor dan alat peraga yang menampilkan sejarah dari masa itu, zaman di mana pelukis Rembrandt lahir dan menjalani masa remajanya di Leiden.

Saya membaca flayer berbahasa Belanda yang dibagikan secara cuma-cuma,  di sana tertulis anak laki-laki kebanggaan Leiden itu Lahir 15 Juli 1606 di Weddesteeg, Leiden, pada abad keemasan, abad ke-17. Bayi laki-laki itu tak henti mengembangkan bakatnya, belajar banyak mengenai teknik-teknik baru dan bahan baku. Pada usia muda Rembrandt remaja sempat kuliah di Universiteit Leiden, kampus tertua di Belanda yang kini umurnya telah mencapai 444 tahun.

Ia terdaftar sebagai mahasiswa seni. Kecenderungannya jatuh pada lukis. Tak hanya pada seni, Rembrandt mempelajari juga soal perdagangan. Ia pun sempat mengajar hingga melanjutkan karir ke Amsterdam, lalu pelukis itu bermetamorfosa menjadi pelukis tersohor di dunia internasional.

Kami Menjumpai Masa Lalu

Saya, suami, dan anak-anak menuju pusat kota, 10 menit saja dengan bersepeda dari rumah. Kami pergi sebelum sore. Tiba di kawasan gerbang Morspoort, di sanalah titik start-nya, sepeda milik kami, kami parkir tak jauh dari gapura. Kami berempat berjalan memasuki dunia di mana Rembrandt kecil hingga remaja  pernah berlarian di sekitaran kami saat itu.

Umar Shaquille (5) belum begitu paham acara apa itu, tetapi kakaknya, Maryam Aviciena (8) sudah punya cukup bekal untuk menikmati jalan-jalan sore kali itu. Bahkan Maryam memberi tahu kami jika salah satu lukisan terkenal dari pelukis Rambrandt adalah De Nachtwacht yang kini dipajang di Rijksmuseum, Amsterdam. 

Memasuki area di mana Rembrandt dilahirkan kami  menelusuri  rute lingkungan lama dimana ia masih jenaka.  Kami lewati sebuah taman cantik dekat dermaga  yang dulu mungkin biasa saja atau lebih cantik? Langkah kami sesekali terhenti. Mata kami disita oleh beberapa pertunjukan teater masih di kawasan sama. Anak-Anak menarik lengan saya mengajak naik ke sebuah replika molen tua.

Kami menaiki Molen de Put (replika kincir angin tua) konon Pabrik tepung standerd De Put adalah jenis pabrik yang sama dengan yang dimiliki ayah Rembrandt di sisi lain Oude Rijn. Pada 1619, ketika Rembrandt berusia 13 tahun, ia melihat pabrik De Put asli dibangun, sepelemparan batu dari situs rumah kelahirannya di Weddesteeg. Indah memang pemandangannya, kami bisa melihat pemandangan kanal Rijn, saya mengabadikan Jembatan Rembrandt dengan beberapa kali jepretan foto dan tentu saya bisa melihat situs rumah Rembrandt di sebrang jembatan dan kanal. Pikiran saya jadi melayang terayun seiring angin yang mengayun laun kincir angin. 

Di Balik Acara De Leidse Rembrandt Dagen

Leiden memang selalu punya beragam cara untuk memikat pengunjung, caranya hangat. Dari kota kecil ini pikiran saya menjadi sangat luas. Beragam atraksi dari tiap penggalan kisahnya begitu dekat seperti nafas, ya sejarah begitu nyata dan dekat, dia hidup bersama kita seperti nafas. Leiden selalu siap membuka perspektif kita dan belajar melihat dengan beragam sudut pandang. Bukankah sejarah tak selalu hadir secara hitam putih? saya percaya banyak warna yang membentuknya.

Seperti tempat satu ini, lingkungan Pieterskerk adalah salah satu lokasi tertua di Leiden yang tak banyak berubah, begitu kalau saya melihat dari foto-fotonya. Saya bisa paham bagaimana pemerintah dan warga saling menjaga warisan sejarahnya tersebut. Semua ini karena mereka tahu diri tak akan ada diri mereka jika mereka tak bisa menghargai masa lalu, mereka mencintai kota mereka dengan cara menjaga. Oleh karena itu pada saat acara Hari Rembrandt lalu lokasi ini benar-benar menunjukan magisnya pada pengunjung, terlihat sangat otentik!

Saya pikir ide membuat kegiatan ini ajib! Pemerintah kota madya serta warga yang terdiri dari berbagai bidang seperti akademisi dari Universitas Leiden, sekolah tinggi lainnya, seniman lukis, tari, teater, desainer, penulis, para aktor, juga para figuran. Mereka bekerja sama dengan baik menghadirkan suatu kisah klasik menjadi kisah baru dan bisa diterima dari zaman ke zaman. Dan itu keren sekali. Generasi tua membawa cerita membagikan dengan kemasan menarik bagi generasi muda. Pengunjung datang dari beragam penjuru kota lainnya. Kami disuguhkan teater, sandiwara/drama legenda nyata.

Kecintaan warga Leiden pada Rembrandt membuat lusinan kelompok-kelompok bersedia dengan sukarela, ya menjadi sukarelawan Leiden yang  ikut serta menyiapkan beragam perlengkapan, menjahit pakaian, me-list barang habis pakai atau alat peraga. Dari beberapa pers rilis pasca kegiatan ini yang saya baca para relawan menyebutkan kebahagiaannya terlibat dalam kegiatan ini. Mereka menyebutkan rasa bangga mereka karena bisa membawa kota mereka semakin terkenal melalui  De Leidse Rembrandt Dagen ini.

Dengan menghadiri acara yang diselenggarakan dua hari tersebut saya pribadi merasa Rembrandt tengah berada di sana, menikmati kembali suasana rumah masa kecilnya. Ya, Leiden memiliki daya magisnya, pusat kota yang indah hampir tidak berubah. Jadilah saya merasa seperti sedang dalam studio film zaman dahulu, menyaksikan sebuah adegan yang mengesankan. Acara ini bebas gratis, jika kalian berkunjung ke Leiden, sempatkanlah datang.

Leiden July-Agustus 2019