KURUNGBUKA.com – (14/06/2024) Di pergaulan keseharian, kita mengetahui sosok-sosok yang mahir bercerita. Ia hadir dalam kehidupan kita seolah membawa misi yang besar. Perannya adalah memberi atau berbagi cerita, yang membuat kebersamaan memiliki arti. Yang diceritakan mungkin tidak harus selalu besar atau penting.
Namun, adanya kemauan bercerita menjadikan kita terhubung dengan hal-hal yang tidak selamanya pasti, benar, dan utuh. Cerita-cerita memungkinkan kita dalam tafsir dan pengalaman yang mengakrabkan dengan kenyataan. Sebaliknya, kita sejenak mengelak atau ambil jarak.
Yang disampaikan adalah cerita yang bertumbuh di mulut. Pada suatu saat, cerita itu adalah tulisan. Walter Benjamin mengingatkan: “Pengalaman yang disampaikan dari mulut ke mulut merupakan sumber dari terlahirnya para pencerita. Dan, beberapa di antara pencerita yang menuliskan cerita-cerita itu adalah orang-orang hebat yang tulisan mereka sedikitnya dapat dibedakan dari kisah-kisah para pencerita tak bernama dan tak dikenal.”
Yang menuliskan cerita, yang mengusahakan corak dan derajat berbeda. Tulisan memerlukan kaidah dan gariah, yang capaian-capaiannya bersinggungan dengan “pemodernan” yang bertumpu teknologi.
Situasi dan nasib yang tidak selalu menguntungkan adanya cerita. Walter Benjamin mengungkan konsekuensi: “Gejala awal dari proses kemunduran yang bermuara pada berakhirnya cerita lisan adalah lahirnya novel…” Beberapa abad yang lalu, penulisan novel dan penerbitannya berupa bacaan cetak mengakibatkan ketegangan mutu dan penghayatan atas cerita.
Ada yang hal-hal yang menghilang dan berkurang. Ada pula “penemuan” dan perubahan yang menjadikan cerita tetap menghidupan umat manusia. Namun, tidak mutlak benar.
(Walter Benjamin, 2024, Sang Pencerita, Moooi)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







