KURUNGBUKA.com – (01/06/2024) Usia menentukan kematangan pengarang. Yang tampak adalah kemampuan dalam menentukan gaya tulisan, yang kadang dikehendaki pengarang atau diminta oleh para pembacanya. Tulisan-tulisan yang dihasilkan selama beberapa tahun menunjukkan kemampuan pengarang dalam menemukan gaya atau berani dalam perubahan-perubahan gaya.
Di situ, para pembaca mendapatkan banyak pertimbangan dan dampak gaya tulisan. Aoh K Hadimadja berpendapat: “Djadi seorang pengarang dalam usia 20 tahun jang penuh gelora akan berlainlah gajanja, apabila dia sudah 50 tahun dengan banjak pertimbangan.”
Usia dan gaya, masalah yang bisa dianggap penting untuk kehormatan pengarang. Kita juga bisa sedikit mengabaikan saat sulit menemukan bukti terkuat yang menghubungkan pertalian erat usia dan gaya tulisan.
Yang disampaikan Aoh K Hadimadja: “Oleh karena itu djanganlah membuang-buang masa selama masih muda dengan mengatakan, pengalaman belum tjukup. Alasan itu mungkin benar, akan tetapi untuk menjanjikan gelora hidup bukan pengalaman jang mendjadi sjarat, melainkan darah jang deras mengalir dan djantung jang kentjang berdenjut!”
Yang ia ungkapkan milik para pengarang, yang saling menatap usia dan capaian dalam kesusastraan masa lalu. Kita yang memiliki deretan bacaan (lama dan baru) akan mengetahui apa-apa yang dinyatakan Aoh K Hadimadja. Kita boleh membantahnya meski cupet argumentasi.
Pengarang dari masa lalu itu menilai gaya tulisan yang akademis: “Djalannja datar, dipimpin oleh pikiran, tidak bergelombang, tidak mengalun, melainkan dengan sepatah demi sepatah pengarang ingin menginsafkan pembatja tentang arti…” Keyakinan yang serius dan ketat.
(Aoh K Hadimadja, 1972, Seni Mengarang, Pustaka Jaya)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<