Sarnata, seorang pemuda kelahiran Munjul Pandeglang, 12 Juli 1993 lalu, tahun ini baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya di jurusan Agribisnis Untirta. Namun, sebagai pemuda yang sudah merintis usaha gula semut Arenta sejak tahun 2015 ini, kini dia bisa menuai hasil usahanya tanpa harus bersusah payah mencari lowongan pekerjaan. Terhitung dari pendapatan usahanya perbulan, Nata, panggilan akrabnya, bisa meraup keuntungan sekitar 35 juta rupiah. Apa resep rahasianya? Mau tahu? Yuk, simak obrolan kami dengan Nata selengkapnya.

  • Selamat, siang, Kang? Kami dari kurungbuka.com, sebelumnya mengucapkan selamat atas kelulusannya ya.

Oya, selamat siang. Senang bisa dihubungi kurungbuka.com.

  • Oke, langsung ke pertanyaan inti, mengapa Kang Nata ingin kembali ke kampung halaman di Pandeglang? Ada apa di sana?

Alhamdulillah saya lulus tahun ini dan bisa langsung pulang kampung. Tujuan pulang kampung adalah jelas saya ingin berbakti kepada daerah sendiri dengan bekal dan pengalaman ilmu yang saya miliki. Sebab di daerah saya ada potensi pertanian yang harus terus dikembangan seperti gula aren. Saya pikir ilmu bisnis pertanian saya sangat cocok dikolaborasi dengan gula aren ini.

  • Kenapa gula aren? Memangnya apa yang spesial dari gula aren?

Selama ini yang kita lihat gula aren biasa. Dengan bentuk begitu dan rasanya pun sama. Tapi saya mulai mengajak para petani di kampung saya, di Kampung Ciluluk, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Munjul, Pandeglang, untuk memproduksi gula aren tapi tidak sekadar gula aren pada umumnya. Kami mengkreasikan produk gula aren dengan berbagai varian seperti gula semut rasa original, rasa jahe, dan gula cair serta gula cair mpek-mpek.

  • Bagaimana Kang Nata melakukan pendekatan kepada para petani terkait kreasi Kang Nata tentang gula Arenta ini yang terbilang baru bagi mereka?

Ini memang hal baru bagi mereka tapi mereka responsif sekali. Hingga saat kami ini terus melakukan pembinaan kepada kelompok tani aren di Kabupaten Pandeglang di antaranya petani aren Kelompok Tani Mekar Sari, Berkarya dan Harapan Mulya dan terus membina petani-petani aren yang baru memulai usahanya. Kami mencoba melakukan pendekatan bahwa gula aren semut dan cair dengan berbagai varian ini sangat menjanjikan untuk saat ini.

  • Menjanjikan? Alasannya?

Hasil keuntungan selama perbulan kami mencapai sekitar 35 juta rupiah. Dimana setiap bulannya produksi gula arennya mampu menghabiskan 1.2 ton, dan sebaran produk sudah mencapai wilayah Jabodetabek, Ponorogo, Lampung dan Pekanbaru. Gula semutnya yang kini sudah bisa dijual daring. Bahkan tengah diminati pasar mancanegara?

  • Berarti sudah mendunia?

Baru diminati di antaranya oleh AS, Kanada dan Belanda. Jika sertifikat organik dari pemerintah dan bisa bekerja sama pihak eksportir, kemungkinan besar produk kita ini masuk pasar dunia.

  • Wah, luar biasa sekali, Kang. Kenapa mereka menyukai produk ini?

Mereka menyukai produk kita sebab indeks glikemiknya rendah, gula semut dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes dan kolesterol. Guna memasarkannya ke sana (mancanegara, red). Untuk memasarkannya ke mereka, ya itu tadi, kami butuh sertifikat organik dari pemerintah dan harus bekerja sama dengan eksportir.

  • Kemudian, apakah itu alasan utama Kang Nata masuk dalam dunia  bisnis pertanian dengan mengambil satu produk bernama gula aren?

Bukan hanya itu. Tujuan utama saya ingin bekerjasama dengan para petani dengan cara saya. Berangkat dari bapak saya yang petani juga, saya ingin berbagi ilmu dan pengalaman bertani kepada mereka. Pun sebaliknya, saya ingin juga belajar dari yang mereka punya. Satu hal lagi, saya ingin para petani makmur dan tidak hilang mata pencahariannya. Sebab di daerah saya, nira atau bahan utama pembuatan gula aren sangat melimpah. Sayang jika disia-siakan.

  • Oh, ya, Pandeglang memang kaya akan sumber daya alamnya, ya?

Ya, mungkin bisa begitu dalam konteks gula aren ini. Di daerah saya, kebanyakan memang para petani, selain di ladang, juga merupakan penyadap nira sebagai bahan utama gula aren. Sehingga saya pun tidak bisa memungkiri bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berjasa dalam pengembangan usaha saya ini.

Ketika kurungbuka.com hendak menanyakan hal-hal menarik lainnya, rupanya percakapan lewat telepon itu harus selesai lebih cepat. Usut punya usut, rupanya Kang Nata harus melanjutkan kegiatannya dalam sebuah seminar kewirausahaan yang akhir-akhir ini memadatkan aktivitas kesehariannya.(Hilman)