KURUNGBUKA.com – (08/05/2024) Hari demi hari berganti, orang masih sombong mengatakan: “Aku ingin menulis novel.” Kalimat yang disampaikan kepada keluarga, teman, kekasih, atau tetangga. Kalimat bisa mengabadi. Maksudnya, orang itu bangga berulang menyatakan ingin menulis novel.

Tahun berganti tahun, ia biasa menjawab: “belum mulai” atau “belum rampung”, Jawaban untuk orang yang menanyakan bukti dari keinginan menulis. Jawaban pun dapat mengabadi. Akhinya, “ingin” dan “belum” itu kompak selamanya. Novel hanya ada dalam omongan dan berlalu setelah terdengar di telinga.

Kita menyimak celotehan Arswendo Atmowiloto. Yang teringat: mengarang itu gampang. Ia pun menyatakan mengarang novel juga gampang. Kita mengikuti percakapan yang penting, memuat keinginan dan alasan.

Celotehan: “Saya tidak percaya kalau ada orang berniat menulis novel lalu bilang tidak percaya waktu. Itu omong kosong.” Sindiran yang telak saat orang koar-koar ingin menjadi novelis. Alasan yang terlaris: tidak punya banyak waktu. Bantahan diberikan agar “kesombongan” dikalahkan. Yang tidak punya waktu mungkin orang paling tersibuk di dunia.

Yang disasar Arwendo Atmowiloto adalah orang “sombong” dan gagal menghasilkan novel. Orang seperti itu tidak harus dikutuk. Kita diajak mengerti 24 jam dan kerepotan yang dialami setiap hari.

Arswendo Atmowiloto seperti bernasihat: “Kalau orang lain punya waktu yang sama, mengapa yang lain bisa dan kenapa kamu tidak? Masalahnya ialah niat. Kalau kamu punya niat beneran, waktu itu bisa diatur.” Novel adalah waktu. Yang mau dalam arus waktu, yang berhasil dan terhormat.

(Arswendo Atmowiloto, 1984, Mengarang Novel Itu Gampang)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<