KURUNGBUKA.com, CILEGON – Di usia 17 tahun, M. Alief Rizki siswa SMK YP Fatahillah 1 Cilegon, menemukan bahwa impian besarnya perlahan mulai terwujud, bukan di tempat yang ia duga. Sejak duduk di bangku SMP, ia telah jatuh hati pada dunia olahraga, khususnya volley ball dan tinju. Namun, akses menjadi penghalang. Karena belum bisa mengendarai motor, tinju terasa jauh, sehingga ia memilih volley ball sebagai sarana olahraga di kampungnya.
Ironisnya, di lapangan voli itulah kegelisahan mulai muncul. Alief merasa stagnan, mandek, seolah tak ada perkembangan berarti. Dalam keheningan malam sebelum tidur, ia harus membuat keputusan.
Akhirnya, dengan pertimbangan tinju memiliki peminat yang lebih sedikit, sebuah arena untuk pembuktian diri, Alief membulatkan tekad. Nasib baik berpihak padanya. Takdir mempertemukannya dengan Bang Faisal, seorang atlet tinju lokal asal Cilegon yang kebetulan adalah tetangga kampungnya.
Melalui Bang Faisal dan Bang Ramji, pintu menuju impian terbuka. Alief resmi bergabung dengan REBC BOXING ACADEMY, sasana tinju yang bernaung di bawah PERTINA Cilegon.
Jalan yang dipilih Alief tak mulus. Penolakan dari keluarga sempat menguji mentalnya. Beruntung, dukungan hangat dari sang ibu menjadi benteng terkuatnya. Karena berasal dari keluarga sederhana, Alief bertekad tidak mau membebani ibunya. Ia mengambil langkah pengorbanan yang ekstrem: rela menahan lapar dan menyisihkan uang jajan sekolahnya demi membayar biaya latihan.
Pengorbanan itu berbuah manis, pada Minggu (28/09), Alief menguji peruntungannya di turnamen Gebug Boxing antar Pelajar. Debutnya langsung gemilang. Bertanding di kelas 60 kg, ia berhasil mengalahkan petinju pelajar dari SMK Miftahul Falah dan membawa pulang medali emas.
Kini, fokus Alief tertuju pada tantangan berikutnya: mempersiapkan diri untuk mewakili kota Cilegon dalam ajang Kejurda (Kejuaraan Daerah). Remaja gigih yang berpegang teguh pada motto “Hidup ini pendek, jangan sia-siakan waktumu” ini memiliki mimpi tertinggi, sebuah kanvas besar di masa depan: bertanding di kancah Olimpiade di Paris.
Perjalanan cita-cita Alief membuktikan, bahwa keberanian memilih jalan yang sepi sering kali adalah kunci menuju puncak prestasi. (rls/dhe)







