KURUNGBUKA.com – H. Abdul Malik Karim Amrullah atau yang kita kenal Buya Hamka adalah seorang ulama besar asal Sumatera Barat. Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di Sungai Batang dan mengembuskan nafas terakhir pada 24 Juli 1981 di Jakarta.
Secara fisik memang dia sudah tiada, untuk mengenang sosoknya bisa menonton film biopic yang resmi rilis sejak Rabu (19/04/2023) atau bisa juga membaca kembali karya-karyanya yang masih cocok dibaca hingga saat ini yang banyak mengandung makna dan hikmah, dua di antaranya Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) hingga Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1937).
Sebagai seorang ulama, filsuf, sastrawan, Buya Hamka memiliki kontribusi besar dalam dunia kepenulisan, selain karyanya yang disebutkan di atas beliau juga kerap kali membuat kata-kata bijak tentang kehidupan yang penuh makna yang sering dikutip oleh kalangan pelajar zaman sekarang. Apalagi 02 Mei kemarin kita memeringati Hari Pendidikan Nasional, sangat cocok pokoknya!
Berikut kata-kata bijak Buya Hamka tentang pendidikan, dilangsir dari beberapa sumber pada kamis (04/05/2023).
Kata-Kata Bijak Buya Hamka Tentang Pendidikan:
- “Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.”
- “Tegakkan cita-cita lebih dahulu sebelum berusaha.”
- “Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.”
- “Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.”
- “Undang-undang adab dan budi pekerti membentuk kemerdekaan bekerja. Undang-undang akal membentuk kemerdekaan berfikir. Dengan jalan menambah kecerdasan akal, bertambah murnilah kemerdekaan berfikir.”
- “Cinta itu perang, yakni perang yang hebat dalam rohani manusia. Jika ia menang, akan didapati orang yang tulus ikhlas, luas pikiran, sabar dan tenang hati. Jika ia kalah, akan didapati orang yang putus asa, sesat, lemah hati, kecil perasaan dan bahkan kadang-kadang hilang kepercayaan pada diri sendiri.”
- “Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnya lah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuh lah oleh kerena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.”
- “Satu hati lebih mahal dari pada senyuman. Satu jiwa lebih berharga dari pada sebentuk cincin.”
- “Hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi seorang wanita.”
- “Karena apabila saya bertemu dengan engkau, maka matamu yang sebagai bintang timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku.”
- “Takut akan kena cinta, itulah dua sifat dari cinta, cinta itulah yang telah merupakan dirinya menjadi suatu ketakutan, cinta itu kerap kali berupa putus harapan, takut cemburu, hiba hati dan kadang-kadang berani.”
- “Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa. Agama tidak menyuruh, kalau suruhan tidak membawa selamat dan bahagia jiwa.”
- “Bertobat tidak hanya berarti menyesali dosa tetapi juga membenci dosa.”
- “Tali yang paling kuat untuk tempat bergantung adalah tali pertolongan Allah.”
- “Waktu bagi orang Islam adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan.”
- “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.”
- “Sebesar-besar atau seberat-berat urusan, jangan dihadapi dengan muka berkerut, kerut muka itu dengan sendirinya menambahkan lagi kerut pekerjaan itu.”
- “Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan.”
- “Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri.”
- “Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat.”