1) Saksi Mata
Aku menyaksikan pria itu tertawa saat melakukannya. Tangannya berlumuran darah. tetapi matanya penuh air mata. Tawanya mengapung ke udara seperti asap hitam pekat saat kebakaran. Pria itu sama sekali tak memerdulikan tangisan dan jeritanku. Penyesalan dan amarahku semestinya memekakkan telinganya. Aku melihatnya dan hanya aku satu-satunya saksi mata. Penuh perasaan muram aku menyaksikan pria itu menyeret asal-asalan jenazahku yang penuh darah dan luka tusukan ke arah tepi sungai. Sebongkah batu besar bersama tali yang telah ia siapkan, pria itu ikatkan pada tubuhku dengan susah payah. Di sana jenazahku ia buang.

2) Tetangga Baru
Seminggu yang lalu, anjing-anjing tetangga di lingkungan tempat tinggalkumendadak hilang satu per satu. Para tetangga mengeluhkan kejadian itu kepada kepala desa. Aku tidak bermaksud menuduh, ini hanya kecurigaan tanpa dasar, sebab peristiwa hilangnya anjing-anjing itu muncul bersamaan dengan datangnya tetangga baru di lingkungan tempatku tinggal. Hari telah maghrib saat aku mencari-cari adik perempuanku yang seharian bermain di luar dan belum juga pulang. Ketika aku lewat di depan rumah tetangga baru itu, aku melihat seorang pria tambun sedang menyeret kantung sampah hitam berukuran besar dan menguburnya dalam lubang yang pria tambun itu telah gali di halaman rumahnya. Tiba-tiba saja aku bergidik dan merasa cemas. Aku terus memanggil nama adikku.

3) Kain Kafan
Tidak seperti biasanya, rumahku penuh kedatangan orang-orang. Lantaran aku tidak suka keramaian, kuputuskan memasuki rumah lewat pintu belakang. Ternyata di halaman belakang rumah juga dipenuhi orang-orang. Aku berjalan santai, melewati mereka yang terlihat sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing dan sepertinya tidak begitu peduli dengan kehadiranku. Aku ingin menemui ibu bertanya padanya mengapa ada banyak sekali tamu yang datang? Ketika telah di dalam ruang tamu yang juga penuh sesak dengan orang-orang, kulihat ibu, kakak, dan ayah tengah menangis. Para tamu serentak merapalkan doa-doa, dan di tengah kerumunan itu, kulihat sebujur tubuh terbungkus kain kafan. Ada fotoku tak jauh darinya.

4) Sepasang Bola Mata
Aku menyukai matanya. Mata dari seorang gadis cantik yang kerap tersenyum tiap kali kami berpapasan di kelas atau di kantin sekolah. Dia sangat ramah dan sikap baiknya membuat aku jadi penasaran, terutama pada kedua matanya yang indah itu. Coklat? Hitam? Atau paduan keduanya? Aku bertanya-tanya. Aku heran bagaimana kedua bola matanya bisa terlihat seolah tengah bersinar tiap kali dia memandang ke arahku. Sepasang bola mata yang berharga. Harus kurawat dan kujaga. Maka dari itu, aku tak ingin sepasang bola matanya lekas membusuk. Kubungkus matanya dengan rapi dalam box makan siang kesukaanku dan menyimpannya dalam lemari  pendingin.

5) Rahasia
Aku sangat menggemari acara-acara sulap. Terutama yang menyuguhkan aksi-aksi berbahaya. Seperti memasukkan partner atau rekan kerja mereka ke dalam sebuah kotak dan memotong  atau menusukkan benda tajam seperti pedang atau parang pada kotak-kotak itu. Ajaibnya para pesulap itu selalu berhasil melakukan hal mengerikan macam itu tanpa melukai siapa pun. Aku bertanya-tanya bagaimana para pesulap itu bisa melakukannya?Apakah ada trik khusus atau benar mereka memang punya ilmu sihir? Erik, sepupuku yang juga berprofesi sebagai pesulap dan  lumayan terkenal di kampungnya memberitahu sebuah rahasia. Erik bilang para pesulap selalu mencari partner atau rekan kerja yang memiliki saudara kembar.

*) Image by Titan Sadewo – Kalau (2025)