Oleh Taufik R Insan

KURUNGBUKA.com, JAKARTA – Cuaca siang di hari Selasa pada akhir bulan November tahun 2021 lalu, cukup membuat bulu kuduk saya merinding. Angin penghujan tak henti-hentinya menyemai debu yang menghuni lingkungan kampus UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Di langit, gerombolan awan hitam perlahan dengan pasti mulai bergandengan dan berpelukan mesra.

Saya dan beberapa mahasiswa UIN SMH Banten, dengan menggunakan almamater kampus kebanggaan, hendak mengikuti satu rangkaian acara final dari kegiatan Gerakan Literasi Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Koordinator Pusat DEMA PTKIN se-Indonesia dengan tajuk “Urgensi Moderasi Beragama dalam Perspektif Generasi Milenial dan Gen-Z.” Di kampus UIN Syarif Hidayatullah yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Tidak jauh dari pos jaga keamanan kampus, terparkir sebuah mobil jenis nanggung (gede tidak, kecil apalagi) berwarna kuning ke oren-orenan bertuliskan “Bis Sekolah,” posisinya memanjang dengan wajah menghadap gerbang dan ekornya dengan tidak sopan membelakangi gedung rektorat.

Waktu pemberangkatan tiba. Perjalanan kami menuju UIN Syarif Hidayatullah, menggunakan jalan Tax On Location (TOL) Serang Kota, dikenal juga dengan sebutan Jalan Bebas Hambatan. Perjalanan menghabiskan waktu sebanyak 2 jam lebih per sekian menit lamanya, dengan jarak tempuh berkisar 82 KM.

Setibanya di UIN Syarif Hidayatullah, walau sedikit terlambat kami disambut baik oleh cuaca yang sama, namun sedikit lembab, sepertinya hujan barulah selesai turun. Tidak lama kami memasuki aula, tempat dimana acara inti dilaksanakan. Di luar, hujan kembali turun dan membuat gaduh seisi UIN Ciputat.

Dalam kegiatan tersebut, panitia begitu ketat menjalankan protokol kesehatan, setiap peserta wajib menggunakan masker dan cek suhu badan terlebih dahulu. Dipandu langsung oleh pembawa acara (MC), kegiatan tersebut di buka langsung oleh Dr. Arief Subhan, M.Ag, Wakil Rektor Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah (WAREK III).

Dalam sambutannya Dr. Arief Subhan, M.Ag, WAREK III, menyampaikan kepada seluruh hadirin, bahwa tidak ada yang jelek dari budaya lisan, tetapi budaya tulisan pun merupakan satu tradisi sakral yang harus tetap hidup di dunia mahasiswa.

“Di dunia yang serba digital seperti sekarang ini, penting bagi kita selaku kaum intelektual terus menyuarakan nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Terlebih kita adalah penganut agama mayoritas, maka kita memiliki tanggung jawab besar terhadap itu. Melalui kegiatan ini, saya berharap kedepannya banyak mahasiswa-mahasiswa UIN dan IAIN, mampu menanamkan dan mengaplikasikan nilai-nilai moderat di media massa, baik cetak atau pun online melalui tulisan-tulisan. Jadi tidak hanya orasi saja…,” ucapnya.

Selain diramaikan oleh mahasiswa lintas UIN dan IAIN se-Indonesia, kegiatan tersebut juga diramaikan oleh berbagai pihak dari Perwakilan Kementerian Agama, Koordinator Pusat DEMA PTKIN dan beberapa perwakilan lembaga negara.

Ongky Fachrur Razie, Koordinator Pusat DEMA PTKIN, juga menyampaikan kepada semua yang hadir dalam kegiatan itu, tentang peran penting Universitas Islam terkhusus DEMA, dalam menyuarakan keadilan dan kebebasan hidup lintas agama dalam bentuk tulisan.

“Hari ini kita membuktikan kepada seluruh elemen masyarakat, bahwa kita masih konsisten menyuarakan keadilan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, baik itu melalui orasi-orasi di jalanan atau melalui tulisan, terlebih membumikan kembali nilai-nilai Islam yang yang ramah terhadap pebedaan kepada generasi-generasi yang kian hari semakin mengarah kepada sikap individualistik,” terangnya dengan semangat berapi-api.

Acara berlanjut kepada acara inti, yaitu pembacaan hasil karya yang sudah terkumpul sejak 09 sampai 25 November 2021.  Disampaikan oleh seorang pembawa acara bahwa karya yang terkumpul berjumlah 5.757 karya. Dari 5.757 karya tersebut, terdapat 30 karya terbaik yang satu di antaranya adalah Taufik Rohmatul Insan dengan judul tulisan “Gus Dur dan Tantangan Moderasi Generasi Digital,” mahasiswa UIN SMH Banten yang masih terbilang baru di bidang kepenulisan.

Acara diakhiri dengan pengumuman 10 orang nominator yang menjadi Duta Moderasi Beragama dan satu di antaranya adalah Handre Kusnandi dengan judul tulisan “Urgensi Moderasi Beragama dalam Ranah Kehidupan Sosial,” seorang mahasiswa delegasi UIN SMH Banten.

Kegiatan selesai dengan perasaan cukup bahagia dalam diri kami. Genangan air berserakan di setiap cekungan tanah dan beberapa di jalan depan gedung-gedung fakultas UIN Ciputat. Para peserta kegiatan sudah mulai berpamitan untuk meninggalkan UIN Ciputat. Begitu pula kami dari UIN Serang, tidak berselang lama kita pun berpamitan kepada panitia dan peserta yang tersisa.

Langit seakan ikut mengantarkan kepulangan kami. Matahari senja menyibakkan cahayanya dengan sempurna, berbentuk bulat tanpa cacat dan berwarna jingga menyala-nyala. Kepulangan kami secerah dan sehangat matahari sore itu. Sebab di penghujung bulan November tahun ini, terdapat dua penghargaan yang harus dibawa dan dikisahkan kepada sahabat dan teman kami yang berada di kampus UIN SMH Banten.(tfk)