Judul : Negeri Permen : Igo dan Si Peri Nakal
Penulis : Tias Tatanka
Penerbit : CV Media Cendekia Muslim
Cetakan : 2025
Tebal : 112 halaman

KURUNGBUKA.com – Permen kerap dikambinghitamkan sebagai penyebab gigi hitam ompong anak-anak kecil. “Tuhkan giginya bolong, makanya jangan kebanyakan makan permen!” Kata-kata seperti itu kerap kita dengar terlontar dari mulut emak-emak yang ngomelin anak-anaknya yang doyan jajan permen. Tapi permen ditangan Tias Tatanka menjadi sesuatu yang manis dan mengasyikkan dalam novel anak perdananya ini.

Sebelum melahap novel ini, saya berusaha menebak “paling idenya sama dengan yang dipahami umum; bagaimana mengedukasi anak-anak untuk menjauhi permen.” Begitu perkiraan saya. Ternyata setelah saya lahap habis hingga halaman akhir, tak menemukan hal tersebut. Dengan manis, Tias berhasil menyajikan cerita kenakalan khas anak-anak yang kayak imajinasi dan sarat kritik.

Raja di dunia Peri misalnya, ditulis sebagai Lajzagwn Wzeh (Pendekar Adil) seolah menyindir pemimpin hari ini untuk bercermin. Tak hanya itu, di dunia Peri juga terdapat fasilitas umum yang menakjubkan di antaranya perpustakaan yang lengkap dan memadai. Saya jadi mikir, masa peradaban manusia kalah oleh peradaban dunia peri di negeri permen yang begitu maju dan modern.

Secara singkat novel Negeri Permen: Igo dan Si Peri Nakal ini bertutur tentang anak laki-laki bernama Diego. Diawali dengan pengalaman visualnya menyaksikan manusia terbang yang diragukan anggota keluarganya petualangan Igo dimulai, duka kehilangan sang kakek satu-satunya yang mempercayainya, perselisihan kecil dengan anak-anak omnya, hingga ia bertualang ke negeri permen tempat tinggal Peri yang tanpa sengaja ia temui di rumah kosong saat berteduh dari hujan sambil menuntun sepeda kesayangannya yang rusak.

Novel anak ini bukan sekadar cerita petualangan anak-anak, banyak terselip narasi satir di dalamnya yang membuat kita tersenyum sekaligus tersindir. Misalnya cara Tias mengedukasi anak-anak mengenai kebiasaan hobi makan permen bisa kita simak lewat dialog Igo dengan Peri. Saat Peri ditawari permen yang menurut Igo mahal, ternyata menurut Peri gulanya palsu atau banyak racunnya (baca bab Lollipop yang Baik Hati) warning agar kita mengontrol konsumsi gula agar terhindar dari diabetes yang hari-hari ini masih menjadi ancaman mematikan. Saat peri yang konsumsi hariannya adalah permen ditanya apa nggak takut sakit gigi, peri menjawab nggak masalah selama rajin sikat gigi dan banyak minum air putih (hal.69)

Meski novel anak, buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca anggota keluarga seperti ayah bunda. Buku ini termasuk lengkap, ada aspek parenting, rekreasi imajinasi, hingga kampanye pembiasaan literasi. Meski bukan tanpa cela, keberanian Tias mencipta bahasa baru dunia peri beberapa kalimat terpeleset kepada kesalahan rujukan. Ke depan, jika ini ada seri berikutnya rumus bahasa peri mesti ada tempat penyimpanannya secara khusus tak hanya terselip di antara halaman buku yang riskan hilang. Selamat bertualang bersama Igo di negeri permen yang mengasyikkan!