KURUNGBUKA.com, TORONTO – Kabar menggembirakan datang dari dunia perfilman Indonesia. Yuni, film berbahasa daerah Jawa dan Sunda Banten meraih kemenangan di ajang Toronto International Film Festival 2021 (TIFF) kategori Platform Prize, Kanada, Sabtu, (18/09).

Platform Prize adalah penghargaan film tahunan yang dipersembahkan oleh Festival Film Internasional Toronto untuk film-film bernilai artistik tinggi yang juga menunjukkan visi penyutradaraan yang kuat.

juri TIFF tahun ini adalah Riz Ahmed, Clio Barnard, Anthony Chen, Valerie Complex, dan Kazik Radwanski.

“Juri tergugah oleh film yang membawa kebaruan, perspektif personal yang datang dari cerita coming-of-age (menuju dewasa), dibuat dengan sentuhan apik yang terstruktur, gambar yang intim dan sinematografi yang indah,” komentar salah satu juri Platform Prize.

Kamila Andini, selaku sutradara, merasa bangga dan senang atas kemenangannya ini. Film yang berlatar di Banten ini rupanya bisa membanggakan hingga ke kancah internasional.

“Saya ingat pertama kali saya berada di sini pada tahun 2015 dengan film pendek saya. Dan ini adalah kali ketiga saya membawakan karakter perempuan dalam film di TIFF, sungguh tak bisa dipercaya. Tapi menurut saya ini adalah sebuah harapan. Ini adalah suara wanita indonesia yang belum pernah didengar. Dan ini saya persembahkan untuk seluruh wanita di Indonesia dan dunia, yang masih melawan, berjuang selama bertahun-tahun, untuk mencoba menemukan kebebasan mereka,” ucap Kamila.

Kamila juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua yang terlibat dalam film ini.

“Saya berterima kasih kepada semua kru, pemain, produser, rekan kerja, dan semua orang yang sudah membantu saya melampaui batas. Terima kasih. Ini bukan hanya kemenangan untuk Indonesia, tetapi untuk kemenangan Asia Tenggara. Terima kasih banyak,” tambahnya.

Toto ST Radik, penyair dan aktor Banten, merasa bangga dan senang bisa dilibatkan dalam film ini. Ia berperan sebagai Mang Dodi, yang melamar Yuni.

“Mang Dodi yakin dari awal bahwa film Yuni akan juara di TIFF, Kanada. Selain unik dan berani memakai bahasa jawa dan sunda Banten, isu yang diangkat pun tentang perempuan yang memperjuangkan nasib dan kehidupan yang dibelit tradisi nikah muda di kampung, karena alasan ekonomi, agama, dan mitos perawan tue. Film Yuni nyuarakaken soal niku secare lembut tapi teges,” (dhe/rls)