KURUNGBUKA.com – Semua manusia bisa jadi mengalami bangku sekolah, tapi tak semuanya mengalami aktivitas ‘berpikir’—apalagi aktivitas ‘menulis’. Padahal pendidikan adalah tentang menjaga rasa ingin tahu, bersikap terhadap dunia & menjadi manusia seutuhnya. Seperti yang dipercaya Jordan Peterson: the best way to teach people critical thinking, is to teach them to write … ya, berpikir kritis & menulis adalah saudara kembar. Karena itulah Sekolah Azzakiyah Islamic Leadership (selanjutnya saya sebut SAIL) memiliki program Proyek Akhir (selanjutnya saya sebut PA) sebagai syarat kelulusan untuk jenjang SD & SMP.
Sederhananya, PA, ialah menulis karya ilmiah sederhana dengan struktur pendahuluan (latar belakang, rumusan serta tujuan), landasan teori, hasil penelitian (metode pengumpulan data & pembahasan) sampai kesimpulan & saran. Setelah mendapatkan judul, setiap anak akan mendapatkan guru pembimbing, bimbingan berkali-kali hingga PA-nya rampung & siap mempresentasikannya di hadapan penguji.
Pada bagian ini, saya akan membicarakan secara singkat apa yang telah dikerjakan oleh para anak-anak. Inilah berbagai PA yang dikerjakan oleh anak-anak kelas 6 SD SAIL. Dengan judul ‘Memetakan dan Menganalisis Infrastruktur Sekolah’, Abyan Alkahfi Zaily membuat peta sederhana Sekolah Azzakiyah Islamic Leadership dengan skala 1:100. Sebuah keterampilan analitis & visual yang bertujuan. “Agar para orang tua atau yang ingin mendaftar ke SAIL lebih mudah mengetahui infrastruktur sekolah,” tutur Kahfi. Peta, agaknya, telah berubah bentuk menjadi digital & Kahfi ingin mengembalikannya ke bentuk semula.
Sebuah alternatif solusi juga ditawarkan Umar Satria Hariyono dengan judul ‘Membangun Kota Ramah Lingkungan: Desain Tatanan Kota dengan Penerapan Panel Surya sebagai Energi Alternatif’, Umar percaya bahwa bumi telah memberikan segala yang kita inginkan. Listrik yang menghidupi segala terang serta memberi kemudahan agaknya dapat juga kita dapatkan lewat cahaya matahari yang membuat daun-daun tampak indah. Selain keindahan visual, dalam hidup yang ruwet ini, ngopi adalah salah satu jalan agar segalanya tampak lebih lambat. Tapi bagaimana jika membuat kopi hanya menambah sampah di muka bumi?
Dengan judul ‘Pemanfaatan Limbah Kopi sebagai Bahan Dasar Briket’, Aqila Marsya Puani Rambe percaya bahwa sampah dapat diolah kembali, yang tersisa akan menghasilkan bahan bakar sederhana yang lebih tahan lama, “Ayah saya suka buat kopi di rumah,” kata Aqila. Pengalaman sehari-hari yang dekat inilah membuahkan ide untuk bertungkus-lumus dengan PA-nya. Kalau ngopi juga bisa membuat diri lebih rileks, bermain gim juga begitu.
Dengan judul ‘Penggunaan Minecraft dalam Mendesain Rumah Modern Bernuansa Islam’, M. Andra Luthfi mencoba menguji keterampilan visual & arsitekturnya. Hobi bermain gim bukan sekadar, Andra tahu bahwa teknologi adalah alat, bukan tujuan. Maka dari itu jika alat digunakan dengan baik maka hasilnya akan baik pula.
Mirip dengan Aqila, Fatiha Mulya Shandy dengan judul ‘Pembuatan Sabun dari Minyak Bekas sebagai Solusi Pengurangan Limbah’, jika Aqila memanfaatkan ampas kopi, Fatiha memanfaatkan minyak bekas. Keduanya memberikan alternatif solusi dengan benda-benda di sekitar kita.
Adapula Muhammad Azzamy Syauqi dengan judul ‘Memanen Air Hujan menjadi Energi Listrik Tenaga Nano Hidro’ yang cara berpikirnya mirip dengan Umar. Kedua anak ini percaya bahwa alam menyediakan segala yang kita butuhkan tanpa kadar yang berlebihan. “Ayah saya kerja di BMKG,” tutur Syauqi ketika mempresentasikan PA-nya.
Jika sedari tadi kita melihat berbagai alternatif solusi dalam bentuk alat & benda, maka Queenza Azzahra Ginting dengan judul ‘Pembuatan Komik Sains Interaktif’ menawarkan gabungan teks & gambar untuk memantik pemahaman perihal ilmu pengetahuan alam. Di dalam komiknya, Queen bukan sekadar memaparkan cerita, namun juga berisi eksperimen-eksperimen sains yang digunakan dalam kehidupan.
Sikap kita terhadap sains, terhadap literasi akan tampak dalam peristiwa sehari-hari, misalnya ketika berhenti di lampu lalu lintas, itulah yang dikerjakan oleh Hizriyan Al Khairiy Daulay dengan judul ‘Simulasi Lalu Lintas menggunakan Arduino Uno dan Pemrograman M-Block’, Hizry merasa “sering macet di persimpangan,” katanya, maka dari itu ia membuat simulasi sederhana yang bisa digunakan untuk pembelajaran mendasar bagi teman-temannya & bagi kita yang telah mendewasa tapi tak pernah sadar untuk bersabar menatap warna merah-kuning-hijau.
Yang terakhir ada Ahmad Nizam dengan judul ‘Dari Sakit Menuju Kuat (Perjalanan Pejuang Leukimia)’, Nizam, begitu ia dipanggil, ialah seorang cancer survivor yang memaparkan pengalaman tubuhnya menghadapi penyakit ganas itu: ia menjadi pembicara di sebuah webinar bersama ibunya tercinta. Memotivasi orang-orang yang sama dengannya sekaligus mengingatkan kita bahwa ‘kematian’ bisa kapan saja datang.
Itulah PA yang dikerjakan oleh anak-anak kelas 6 SD SAIL, bagaimana pula PA yang ditulis oleh anak-anak kelas 9 SMP SAIL? Kita mulakan dengan ‘Membangun Personal Branding untuk Meningkatkan Diri Remaja di Masa Depan’ milik Azka Muhammad Arsyad. Arsyad percaya bahwa memberitahu dunia tentang ‘siapa saya’ itu penting. Karena itu yang membangun koneksi antar sesama, dapat mengekspresikan minat serta bakat & mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ketekunan yang telah kita bangun bertahun lamanya.
Koneksi antar sesama timbul karena kesamaan minat atau empati, Gizcha Azmawardah Fatharani percaya itu, sebab itulah judul ‘Proyek Menulis Kisah Inspiratif dalam Rangka Menumbuhkan Sikap Kepedulian terhadap Sesama di SMP Azzakiyah Islamic Leadership’ ia pilih. Gizcha seperti para jurnalis yang mewawancarai serta mengolah sumber menjadi teks yang apik, enak dibaca & menumbuhkan ‘sikap kepedulian’. Ceritanya berdasarkan fakta, tapi tidak kering, ia bertutur selayaknya kita mendengar cerita perjuangan seseorang yang kita cintai.
Jika Gizcha menulis nonfiksi, Alifa sebaliknya—ia gandrung terhadap fiksi, terhadap sastra, dengan judul ‘Proyek Menulis Fiksi dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Literasi Remaja di SMP Azzakiyah Islamic Leadership’, Alifa Zayyanah Yasmin Irawan agaknya percaya bahwa minat baca anak-anak Indonesia rendah & mungkin sastra, dalam hal ini cerita pendek, dapat menjadi pintu masuk agar mereka menyenangi membaca, bukan menjadikan membaca sebagai syarat administratif apalagi akademis.
Muhammad Sultan Al Mulki beda lagi, dengan judul ‘Peranan Pos Bantuan Hukum terhadap Keefektifitas Pendaftaran Perkara Perdata di Pengadilan Agama Kisaran kelas II-B’ ia melihat sebuah sistem. Apakah memudahkan, apakah dapat membantu orang-orang dalam kesulitan untuk mencari keadilan, itulah yang diteliti Sultan.
Muhammad Habibi Ridha Damanik juga agak berbeda, ia gandrung terhadap alam, terutama terumbu karang. Habibi agaknya mengerti keindahan laut begitu rapuh, karena itu pula harus dijaga sebaik-baiknya, dengan judul ‘Identifikasi Pertumbuhan Terumbu Karang dengan Metode Transplantasi di Pulau Kalimantung Tapanuli Tengah’, Habibi melihat terumbu karang sebagai anak kandungnya, yang bertumbuh, punya sikap sendiri & bermanfaat bagi keberlangsungan ekosistemnya.
Masih tentang alam, Muhammad Azzam Athallah dengan judul ‘Perbandingan Efektifitas Sistem Deep Flow Technique (DFT) Dan Wick System Dalam Produksi Bayam’ memaparkan sebuah cara untuk memelihara bayam, mana lebih efektif, mana lebih murah, mana lebih baik: deep flow atau wick system?
Ketika Habibi & Azzam gandrung terhadap alam, Rizqa gandrung terhadap isu kesehatan mental yang belakangan marak dibicarakan oleh banyak orang. Dengan judul ‘Proyek Webinar Cara Mengatasi Rasa Insecure di Kalangan Remaja Dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Kesehatan Mental di SMP Azzakiyah Islamic Leadership’ Rizqa Kamila Ahmad menjadi pembicara dalam webinarnya sendiri, dengan pendampingan psikolog SAIL, Rizqa berhasil memaparkan sikapnya, ia bukan sekadar memotivasi teman-temannya, namun juga memberikan kiat-kiat agar tak terjebak pada rasa tidak percaya diri.
Variasi lainnya ada di Tabina Mazaya Lubis, dengan judul ‘Pengaruh Desain Branding Kue Tabina Cake & Cookies terhadap Minat Membeli Kue Bika Pandan Melayu’ yang memberikan kuisioner pada siswa serta guru untuk melihat desainnya sendiri—Tabina gandrung melukis, gandrung terhadap visual—terhadap logo usaha mamanya.
Ketika mempresentasikan berbagai judul di atas, anak-anak berhadapan dengan para penguji. Mereka mempresentasikan via power point, berargumen & menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan. Jika ketika menulis PA-nya mereka berhadapan dengan keterampilan menulis, keterampilan berpikir, maka ketika presentasi mereka berhadapan dengan keterampilan bicara; bagaimana bertanggung jawab atas apa yang telah mereka teliti. Dengan ini pula anak-anak ditempa menjadi manusia yang utuh: mengeluarkan semua potensi.
Anak-anak menjaga rasa ingin tahu, bersikap terhadap dunia & menjadi manusia seutuhnya. Seperti yang juga dipercaya Vorng Panha: education is the art of turning curiosity into knowledge and knowledge into action … & ya, anak-anak SAIL memilih aksinya masing-masing.
Medan, 2025
*) Image by Saffa Noor Khadijah Almahyra – Untittled