KURUNGBUKA.com – Kita menyangka anak yang belajar itu senang dan bersemangat. Anak kadang mengalami situasi sulit, yang membuatnya tidak kerasan belajar atau ingin pelarian. Belajar seolah kegiatan yang rancu jika dipikirkan keuntungan dan kerugian. Anak yang belajar adalah anak yang berganti-ganti anggapan.
Di novel berjudul Looking for the King of Fish (2021), Zhang Wei mengajak pembaca ikut hadir dalam sekolah yang sederhana. Ia menceritakan: “Saat mengajar, Pak Tua tidak menggunakan buku pelajaran. Dia menulis dan menggambar di papan. Awalnya menggambar sebuah benda, kemudian menuliskan namanya di bawah gambar benda itu. Dengan sekuat tenaga, Pak Guru mengetuk huruf-huruf tersebut menggunakan setangkai ranting dari pohon, lalu menyuruh kami ikut membacanya dengan suara lantang.”
Suasana dalam gubuk yang ramai. Mereka berada di tempat yang sepi. Namun, belajar bersama menimbulkan suara-suara, yang dianggap meningkatkan pengetahuan untuk mengubah nasib atau peruntungan di masa depan. Belajar yang bertenaga. Belajar yang bersuara. Belajar yang menghindari diam atau lamunan.
Pengalaman itu membentuk pengertian dalam diri anak: “Saat itu aku paham, bila hendak menjadi guru, maka harus memiliki kemampuan menggambar. Meskipun gambar benda yang ia buat jelek sekali, asalkan mau berusaha keras, akhirnya aku dapat memahami itu gambar apa.” Kita tidak sedang diajak berdebat mengenai metode pengajaran yang “terbaik”. Yang terbaca adalah keinginan belajar bersama yang mengurangi kebodohan atau beruntung dengan sedikit pengetahuan.
*) Image by Gramedia.com
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<