“Namun, terkadang aku bertanya pada diri sendiri: mengapa harus menulis sebuah catatan harian. Dan, dalam bahasa yang bermakna ganda pula, jika tahu bahwa tak seorang pun akan membacanya? Bukankah, pada kenyataannya, aku tak ingin siapa pun membacanya? Aku menuliskan semuanya apa adanya karena hal itu membantuku menjernihkan pikiran-pikiran dan ingatan-ingatan tanpa harus menceritakannya pada teman-teman seperjalananku. Orang lain menulis ketika mereka bicara. Aku menulis ketika aku diam membisu.”
(Amin Maalouf, Balthasar’s Odyssey, Serambi, 2006)
Bertanya, kegiatan yang mulia sekaligus brengsek. Bagi yang mengalami gejolak iman atau asmara, bertanya itu kemuliaan. Yang ditanyakan adalah hal-hal penting. Tanya itu memburu atau menunggu jawab. Yang bertanya akan memberi penghargaan atau derajat dari jawaban, yang disesuikan dengan kepentingan-kepentingannya. Artinya, bertanya itu ada pamrih-pamrihnya?
Pada saat orang bergumul dalam filsafat, bertanya menjadi kewajiban. Ia tidak tergesa-gesa bertanya. Ia berusaha membuat pertanyaan yang bermutu. Di kepentingan membuat pertanyaan, orang itu bisa letih dan menyerah. Padahal, ia belum sampai jawaban. Maka, bertanya adalah tugas berat hanya untuk manusia pilihan.
Sejak dulu sampai sekarang, bertanya masih langgeng. Siapa yang menganggapnya fana? Kita justru berani bergurau yang fana adalah jawaban-jawaban. Orang bisa kebablasan, pertanyaan seharusnya terus ada. Jawaban-jawaban boleh absen atau dihilangkan.
Yang kita baca adalah petikan dari novel yang mengagumkan gubahan Amin Maalouf. Yang membaca sulit menghindari kesan-kesan yang melekat. Apakah itu gara-gara tokoh dan renungannya? Tokoh-tokoh yang dihadirkan berada dalam sejarah, ratusan tahun yang silam. Kita mundur terlalu jauh untuk terpana.
Tokoh itu bertanya kepentingan dari keharusan menulis catatan harian. Yang harus diingat, ia bertanya pada masa silam. Yang ditanyakan sangat penting untuk keberadaannya, yang sering bergerak ke pelbagai negeri. Ia yang bergelimang pengalaman. Tokoh yang mengerti peristiwa-peristiwa dan nasibnya yang tidak menentu.
Maka, membuat tulisan itu sangat berarti meski ia sempat meragukannya. Yang dilakukan adalah kebiasaan untuk diri, bukan untuk yang lain. Ia menyadari bahwa tulisan-tulisannya tidak diharapkan menjadi bacaan orang lain. Yang menulis, yang membaca. Ia menginginkan ketetapan itu terjadi meski tidak mampu meramalkan hal-hal yang bakal terjadi.
Kita ikut merenungkan orang yang disebut penulis. Yang ditulis adalah perkara-perkara yang teranggap “pribadi”. Ia menulis segala dengan dirinya yang hadir dan terlibat. Penyebutan buku harian memang mengesankan “pribadi” tapi sebenarnya menyimpan sosok-sosok lain, beragam tempat, dan usaha memaknai peristiwa.
Kepastian yang diperoleh dan dibuktikan bahwa catatan harian menjernihkan pikiran dan ingatan. Ia menginginkan banyak yang tersimpan dalam tulisan, bukan terucap dalam percakapan dan bualan. Situasi yang menyulitkan untuk bertahan dalam tulisan atau tergoda dalam perayaan obrolan.
Tulisan adalah ingatan. Ia mendelegasikan kata-kata yang tertulis demi kepentingan-kepentingan yang dimengerti dan kejutan-kejutan yang melanda. Pada tulisan, ingatan dapat terbaca dan “bertumbuh” untuk kembali ke masa lalu sekaligus menghasilkan makna-makna. Jadi, catatan harian tidak bisa disepelekan. Di situ, manusia sedang merekam dan membuat segalanya berusia panjang, sebelum adanya petaka atau keberakhiran.
Bertanya untuk kebiasaan menulis catatan harian akhirnya “kekal” saat hidup masih dimiliki dan perjalanan belum usai. Kita yang membaca petikan itu mencukupkan berpikir tentang bertanya, belum perlu bersusah payah mengurusi jawaban-jawaban. Pada hakikatnya, bertanya adalah awal dan akhir ketimbang diam tanpa daya. Namun, kita menyadari lagi, yang diceritakan adalah tokoh yang mengalami hidup dan “memiliki” dunia pada sekian abad yang lampau.
*) Image by dokumentasi pribadi Bandung Mawardi (Kabut)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<







