KURUNGBUKA.com – (08/07/2024) Menulis puisi, menulis ibu. Beberapa pengarang terkenal memiliki pusat atau sumber yang terpenting dalam membuat tulisan-tulisan: ibu. Mereka tidak sekadar bersastra tapi menetapkan ibu dalam beragam misi di tulisan-tulisan. Maka, kemampuannya dalam menghasilkan puisi seperti ingatan atau penciptaan yang berpijak ibu.

Kita mengetahuinya saat puisi-puisi yang terbaca bukan cuma kemahiran bahasa. Di situ, kita merasakan adanya getaran dan pertautan, yang kadang tampak jelas atau misterius. Yang terbaca puisi. Namun, pembaca dapat menemukan ibu, yang hadir dan menghampiri.

“Bagiku, ibu tersebar dalam tulisan seperti udara, matahari, dan air,” pengakuan Adonis. Ia menggubah ratusan puisi yang bersumber ibu. Penjelasannya: “Mengalir dalam hidup dan pikiranku. Ia bukan makhluk tunggal, independen, dan terpisah, seolah-olah ia adalah objek eksternal.”

Ibu dalam biografinya, yang sangat menentukan dan memberi arah (sastra). Adonis bukan sekadar memberi pujian tertinggi. Ia menyadari bahwa sastra itu ibu. Artinya, kerja-kerja sastra yang dilakoninya memiliki pendasaran atau kiblat yang tidak mudah digugat. Ia yang menguatkan dan membuktikannya.

Ia mengungkapkan: “Jadi saya tidak menulis ibu dengan menyebut namanya, tetapi saya hanya menjadikannya rujukan.” Yang ditulis tidak selamanya harus lugas dan terang. Ibu itu pijakan. Ibu itu rujukan. Selanjutnya, ia dalam tantangan renungan: “Saya tidak tahun bagaimana seorang penyair dapat menulis tentang ibu sebagai ‘objek’ atau ‘sesuatu yang lain’ yang dapat diperumpamakan dengannya, menggambarkannya, memujinya, atau menghitung eksploitasi dan hubungannya dengan ibu.” Penulisan yang rumit dan estetik.

(Charles M, 2022, Adonis: Seorang Revolusioner Syair Arab, Basabasi)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<