Vincent dan Bunga-Bunga Irisnya

: Vincent van Gogh

1890 di Saint-Paul de Mausole
Pada kamar pengap penuh obat
sebelum penghantar listrik
membawa maut berkunjung.

Vincent meninggalkan ingatan orang-orang
dan sorot pandang tajam memikat
yang melingkari Iris penuh ketat.

Kewarasan yang terancam hilang
kembali pulang seusai lengan tangannya
membuat sejarah tentang bunga-bunga
melebihi mawar dan edelweiss penuh tangis
pecinta yang terus mengemis.

Kematian hanyalah batu-batu pertapa
di atasnya terdengar suara duka
yang meminjam waktu
menyingkirkan luka-luka.

Pengap udara yang mengganggu dadanya
seolah membuat kami tak rela
jika hanya Iris yang membelah mata.

Yogyakarta, 2023

***

LA FEMME QUI PLEURE

: Picasso

Dan berakhirlah
rumah, tempat ibadah
rumah sakit, istana lebur
menjadi bubur

Perempuan berlari
dibuntuti bom

Tangisnya lebih nyaring
dari anjing menggonggong

Guernica masih terkepung
Kesedihan perempuan
Terpendam meredam dendam

Beruntunglah ia
masih selamat dari kematian
merelakan cintanya lepas
dan terampas

Meski Kesakitan yang ia genggam
Terlampau mengerikan dari nasib yang mencekik

Al-Musthafa Mart, 2023

***

Kematian

: Jack Dawson

Pada waktu yang kesekian
kapal akan memberangkatkan banyak orang
menuju kota seberang
di dadanya menyimpan keyakinan
tentang ikan-ikan.

Angin berembus dengan kencangnya
membawa kalimat antara
selamat jalan atau selamat tinggal.

Siapa yang akan kembali, tuan
bangkai tubuh atau sejatinya ruh?
maut tak cukup banyak kata
menjawab resah yang ranggas bergegas
dengan lekas.

Tenggelam hilang
dan pelukan hanya
menjadi bekal dari degup jantung
yang merasakan tajam pedang.

Bekas lipstik di leher
masih menjadi tanda tanya
tentang kematian
yang sebenarnya siapa memberikan
Tuhan atau ciuman,
lautan atau kapal yang bocor
di tengah berlayar?

Maut masih begitu dangkal,
mengabarkan kematian.

Jogja, 2023

***

Pelacur Depan Masjid

Senja tergelincir jauh
Yang terdengar darimu
Hanya desah aduh
Gedung-gedung penuh
Menampung kutukan
Tangis perempuan pelayaran.

Di lehernya
Singgah merah warna lipstik
Bercampur dengan amis liur
Yang tiap malam semakin lebur.

Tuhan disembunyikan
Di celana dalamnya
Matanya tertutup,
Dahinya mengkerut
Menahan gerimis peluh
Yang satu per satu terjatuh.

Setelah selesai
Gertak kaki
Bunyi lari yang tertatih
Menghampiri tempat suci
Dengan tangis paling tragis
Meminta masjid jadi penyangga
Napas agar maut
Tak segera menjemput.

Al-Musthafa Mart, 2023

***

Ana

Yang ditinggalkan hanya tubuh
Sedang ingatan adalah ladang
Tempat kenangan berlarian.

Sumenep, 2023

*) Image by istockphoto.com

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<